Gaya Hidup
Sosok Pavel Durov, CEO Telegram yang Punya 100 Anak
2024-08-29
Jejak Revolucioner Pavel Durov: Dari Pendiri VKontakte Hingga Bos Telegram yang Dicari Polisi Prancis
Pavel Durov, pendiri dan CEO Telegram, telah menjadi sorotan dunia sejak ditangkap di Bandara Le Bourget, Prancis pada Sabtu (24/8/2024). Kantor Pencegahan Kekerasan terhadap Anak di Bawah Umur Prancis (OFMIN) mengungkapkan bahwa Durov ditangkap dengan tuduhan pencucian uang, perdagangan narkoba, dan penyebaran konten pelecehan seksual anak di Telegram. Meskipun terkenal sebagai jenius pemrograman, pengusaha miliarder, dan pejuang kebebasan berbicara, Durov rupanya tidak terlepas dari kontroversi hukum yang mengelilingi aplikasi pesan instan ciptaannya.Menembus Batas Konvensional: Perjalanan Pavel Durov yang Penuh Misteri
Dari "Anak Ajaib" Matematika hingga Pendiri VKontakte
Pavel Durov merupakan pria kelahiran Uni Soviet pada tahun 1984 yang pindah ke Italia saat berusia empat tahun. Setelah keluarganya kembali ke Rusia, Durov dan kakaknya, Nikolai, dikenal sebagai "anak ajaib" karena jenius matematika. Nikolai bahkan pernah memenangkan medali emas Olimpiade Matematika Internasional. Sementara itu, Durov sendiri adalah siswa terbaik di sekolahnya dan kerap berkompetisi di tingkat lokal. Kecakapan Durov dalam pemrograman dan semangat kewirausahaan membawanya untuk mendirikan situs media sosial, VKontakte (VK), pada 2006 saat berusia 21 tahun. VK langsung menjadi populer dan dikenal sebagai "Facebook"-nya Rusia, mengantarkan Durov mendapat julukan "Mark Zuckerberg Rusia".Perang Melawan Kremlin dan Lahirnya Telegram
Hubungan Durov dengan Kremlin memburuk ketika ia menolak permintaan pemerintah Rusia untuk menyerahkan data pribadi pengguna VK dari Ukraina. Setelah mengundurkan diri sebagai CEO VK dan menjual seluruh sahamnya, Durov memutuskan untuk membuat aplikasi pesan instan yang "bersih" dari campur tangan pemerintah, yaitu Telegram. Durov menegaskan bahwa pengalamannya dengan Kremlin adalah motivasi utama dalam menciptakan Telegram, yang sekarang berpusat di Dubai. Ia dan saudaranya hanya ingin membangun sesuatu yang bebas dari pengawasan pemerintah.Enkripsi End-to-End dan Kontroversi dengan Pemerintah
Enkripsi end-to-end yang kuat dan komitmen privasi yang digaungkan oleh Telegram terbukti menarik perhatian ratusan juta orang untuk menjadi pengguna, termasuk para teroris. Namun, Durov tetap meyakinkan publik bahwa Telegram tidak akan menjadi "WhatsApp" bagi teroris. Keputusan Telegram untuk menolak memberikan "akses" kepada pemerintah membuat Durov kembali berseteru dengan banyak pemerintah, termasuk Rusia yang pernah melarang penggunaan Telegram. Meskipun demikian, Telegram tetap menjadi salah satu dari sedikit platform media sosial asing yang beroperasi di Rusia tanpa pembatasan.Tuduhan Hukum dan Keterlibatan Pemerintah Rusia
Sebelum ditahan di Paris, Durov berada di Azerbaijan bersamaan dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin yang tengah melakukan kunjungan resmi. Meskipun Kremlin menyatakan bahwa keduanya tidak bertemu, pemerintah Rusia langsung bekerja atas nama Durov setelah penahanannya di Prancis. Masalah penyalahgunaan Telegram oleh pencuci uang, pengedar narkoba, dan orang-orang yang menyebarkan pedofilia terus meresahkan pemerintah Barat. Namun, Telegram menyatakan bahwa tidak masuk akal untuk mengklaim bahwa suatu platform atau pemiliknya bertanggung jawab atas penyalahgunaan platform tersebut.