Gaya Hidup
Daftar Negara Paling Banyak Konsumsi Daging Anjing, Ada Indonesia
2024-07-31
Mengungkap Kontroversi Konsumsi Daging Anjing di Asia: Tradisi Kuno atau Praktik Kontroversial?
Konsumsi daging anjing telah menjadi topik yang kontroversial dan sensitif di berbagai belahan dunia, terutama di Asia. Meskipun dianggap sebagai hewan peliharaan yang dekat dengan manusia, anjing masih menjadi salah satu bahan masakan yang digemari di beberapa negara. Artikel ini akan mengupas lebih dalam mengenai praktik konsumsi daging anjing, sejarahnya, serta perdebatan yang mengelilinginya.Menyingkap Tradisi Kuno dan Praktik Kontroversial Konsumsi Daging Anjing di Asia
Konsumsi Daging Anjing: Tradisi Kuno yang Masih Bertahan
Konsumsi daging anjing bukanlah hal baru di dunia, khususnya di beberapa negara Asia. Faktanya, praktik ini sudah berlangsung selama ribuan tahun di berbagai belahan dunia, terutama di Asia dan Afrika. Data yang dipublikasikan oleh World Population Review menunjukkan bahwa Asia adalah benua dengan konsumsi daging anjing paling banyak, dengan perkiraan 30 juta anjing dibunuh setiap tahunnya untuk tujuan konsumsi manusia.Negara-negara di Asia yang dikenal sebagai konsumen daging anjing terbesar antara lain China, Korea Selatan, Filipina, Thailand, Laos, Vietnam, Kamboja, dan wilayah Nagaland di India. Daging anjing telah menjadi bagian dari tradisi kuliner di negara-negara tersebut selama berabad-abad, bahkan dianggap memiliki khasiat obat dan membawa keberuntungan.Perdebatan Etis dan Kesehatan Terkait Konsumsi Daging Anjing
Meskipun konsumsi daging anjing masih berlangsung di beberapa negara, praktik ini semakin menjadi sorotan dan perdebatan di kalangan masyarakat internasional. Banyak pihak yang mengkritik dan menentang praktik ini karena dianggap tidak etis dan membahayakan kesehatan.Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan bahwa perdagangan, penyembelihan, dan konsumsi anjing dapat menimbulkan risiko kesehatan, seperti trichinellosis, kolera, dan rabies. Selain itu, metode penyembelihan dan penjualan daging anjing di beberapa negara juga sering kali jauh dari standar sanitasi yang memadai.Generasi muda di banyak negara juga cenderung menganggap anjing dan kucing sebagai hewan peliharaan, bukan sebagai bahan makanan. Hal ini menyebabkan konsumsi daging anjing menjadi semakin tidak populer di kalangan masyarakat.Upaya Pelarangan dan Perubahan Klasifikasi Anjing
Menanggapi perdebatan dan kritik yang semakin kuat, beberapa negara telah mengambil langkah-langkah untuk membatasi atau melarang konsumsi daging anjing. Pada tahun 2020, kota Shenzhen dan Zhuhai di China menjadi yang pertama dan kedua di China daratan yang melarang konsumsi daging anjing dan kucing.Selain itu, Kementerian Pertanian China juga telah mengubah klasifikasi anjing dan kucing dari hewan ternak menjadi hewan peliharaan. Taiwan juga menjadi negara Asia pertama yang melarang konsumsi daging kucing dan anjing, serta penjualan kucing dan anjing untuk tujuan konsumsi, pada tahun 2017.Meskipun upaya-upaya ini menunjukkan adanya pergeseran pandangan dan sikap masyarakat, konsumsi daging anjing masih berlangsung di beberapa negara Asia. Perdebatan dan kontroversi terkait praktik ini tampaknya akan terus berlanjut di masa mendatang.Konsumsi Daging Anjing di Indonesia: Praktik yang Masih Berlangsung
Meskipun tidak termasuk dalam daftar negara-negara dengan konsumsi daging anjing terbesar, Indonesia juga memiliki populasi yang cukup besar dalam mengonsumsi daging anjing, sekitar 5% dari total populasi. Perdagangan daging anjing di Indonesia juga disebut-sebut sebagai perdagangan yang sangat berbahaya karena risiko penyebaran rabies yang cukup tinggi.Selain itu, lokasi serta metode yang digunakan untuk menyembelih dan menjual daging anjing di Indonesia seringkali jauh dari standar sanitasi yang memadai. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan dampak kesehatan bagi konsumen.Meskipun konsumsi daging anjing di Indonesia tidak sebesar di beberapa negara Asia lainnya, praktik ini masih berlangsung dan menjadi perdebatan di kalangan masyarakat. Upaya-upaya untuk membatasi atau melarang konsumsi daging anjing di Indonesia juga terus dilakukan, namun masih menghadapi tantangan yang cukup besar.