Gaya Hidup
Atlet Ini Juara Olimpiade Padahal Sudah Meninggal
2024-08-08
Kisah Tragis Atlet Olimpiade Kuno yang Gugur Demi Kejayaan
Olimpiade adalah ajang olahraga paling tua sekaligus paling bergengsi di dunia. Ternyata, ada banyak cerita menarik di balik Olimpiade, termasuk atlet yang juara padahal sudah meninggal dunia.Kisah Heroik Atlet Olimpiade Kuno yang Rela Mengorbankan Nyawa
Arrichion, Juara Olimpiade yang Meninggal Saat Bertanding
Pada tahun 564 Sebelum Masehi (SM), seorang atlet bernama Arrichion dari Phigaleia menjadi juara Olimpiade cabang olahraga pankration secara anumerta. Anumerta adalah penghargaan yang diberikan kepada seseorang setelah meninggal. Saat bertarung untuk memperebutkan mahkota Olimpiade ketiganya, Arrichion dicekik dari belakang oleh lawan. Meskipun sempat tak mampu melepaskan diri dari cekikan tersebut, Arrichion akhirnya berhasil bebas dengan mencengkram dan memutar pergelangan kaki lawan hingga patah. Akibat tidak mampu menahan rasa sakit, lawan Arrichion pun mengangkat jari telunjuk sebagai tanda menyerah. Namun, saat lawannya sudah menyerah, ternyata tenggorokan Arrichion telah hancur. Saat dinyatakan sebagai pemenang, Arrichion menghembuskan napas terakhirnya.Meskipun kematian Arrichion tergolong dramatis, kisah-kisah atlet yang mengorbankan nyawa demi kejayaan Olimpiade bukanlah hal yang aneh pada zaman Yunani kuno. Hal ini dikarenakan olahraga pankration yang merupakan kombinasi tinju dan gulat adalah olahraga yang sangat brutal, di mana pencekikan, mematahkan jari, dan pukulan ke alat kelamin diizinkan oleh wasit. Tak heran jika banyak atlet yang menyerah dengan luka-luka mereka dalam beberapa hari setelah pertandingan berakhir.Pankration, Olahraga Paling Brutal di Olimpiade Kuno
Pankration adalah olahraga yang sangat sederhana, namun memiliki kekuatan luar biasa. Olahraga ini merupakan kombinasi tinju dan gulat, di mana satu-satunya batasan yang diterapkan hanya tidak boleh menggigit atau mencungkil lawan. Profesor sejarah Yunani Kuno di Dartmouth College Amerika Serikat (AS), Paul Christesen, mengungkapkan bahwa para atlet pankration dapat melakukan apapun untuk melumpuhkan lawan. Uniknya, hal ini justru dianggap hal paling keren bagi masyarakat Yunani.Serupa dengan semua olahraga, orang Yunani percaya bahwa Dewa atau pahlawan bertanggung jawab untuk menciptakan aturan. Dalam kasus pankration, aturan tersebut diciptakan oleh Theseus, yakni pria mistis yang menemukan kombinasi gulat dan tinju untuk mengalahkan Minotaur, manusia setengah banteng yang konon tinggal di labirin di bawah istana Raja Minos dari Kreta. Satu-satunya larangan dalam olahraga Theseus adalah menggigit dan mencungkil lawan. Berbeda dengan tinju, tangan para atlet pankration dibiarkan "kosong" tanpa sarung.Menurut Christesen, orang Yunani cenderung menoleransi tingkat kekerasan yang jauh lebih tinggi dalam olahraga daripada masyarakat dari belahan dunia lainnya. Hal ini berkaitan dengan atlet yang akan menjadi tentara. "Anda diharapkan untuk siap melakukan hal semacam itu di medan perang, jadi tidak ada rasa takut untuk melakukannya selama berolahraga," jelas Christesen.Kematian Atlet Olimpiade Kuno, Hal Biasa di Zaman Itu
Meskipun terdengar mengerikan, kematian atlet Olimpiade kuno bukanlah hal yang aneh pada zaman itu. Christesen mengungkapkan bahwa dugaan mereka adalah ada banyak cedera yang sangat parah, tetapi mungkin tidak banyak kematian karena pingsan atau menyerah sebelum meninggal. Hal ini dikarenakan olahraga pankration yang sangat brutal, di mana pencekikan, mematahkan jari, dan pukulan ke alat kelamin diizinkan oleh wasit.Selain itu, orang Yunani cenderung menoleransi tingkat kekerasan yang jauh lebih tinggi dalam olahraga daripada masyarakat dari belahan dunia lainnya. Hal ini berkaitan dengan atlet yang akan menjadi tentara. "Anda diharapkan untuk siap melakukan hal semacam itu di medan perang, jadi tidak ada rasa takut untuk melakukannya selama berolahraga," jelas Christesen.Dengan demikian, kisah-kisah tragis atlet Olimpiade kuno yang gugur demi kejayaan adalah hal yang biasa terjadi pada zaman itu. Meskipun terdengar mengerikan, kematian atlet Olimpiade kuno bukanlah hal yang aneh, karena olahraga pankration yang sangat brutal dan budaya Yunani yang menoleransi tingkat kekerasan yang tinggi dalam olahraga.