Gaya Hidup
Gen Z China Mulai Tinggalkan Brand Mewah, Beralih ke Barang KW
2024-09-25

Generasi Muda China Beralih ke Barang Tiruan, Tren Dupes Meningkat Tajam

Generasi muda di China, khususnya Gen Z, mulai meninggalkan merek mewah dan beralih membeli barang KW alias produk tiruan. Fenomena ini didorong oleh perlambatan ekonomi yang membuat dupes semakin populer hingga tiga kali lipat sepanjang 2022 hingga 2024. Dupes adalah sebutan untuk barang-barang replika dari merek populer.

Tren Dupes Menjadi Arus Utama Baru di China

Kepercayaan Konsumen Menurun, Beralih ke Alternatif Lebih Terjangkau

Menurut Direktur Mintel, Laurel Gu, para konsumen di China kini cenderung beralih ke alternatif dari merek mewah karena dibanderol dengan harga lebih terjangkau. Hal ini disebabkan oleh kepercayaan konsumen yang mendekati titik terendah sepanjang sejarah. Konsumen mencari barang serupa di situs e-commerce populer, seperti Tmall, yang menawarkan puluhan opsi dengan harga jauh lebih murah dibandingkan dengan produk asli.

Harga Barang Mewah Dianggap Terlalu Mahal

Sebagai contoh, sepasang celana yoga Align keluaran Lululemon dibanderol seharga 750 yuan atau sekitar Rp1,6 juta. Harga yang cukup mahal bagi banyak orang, mendorong mereka untuk mencari alternatif yang lebih terjangkau. Di Tmall, legging serupa dijual dengan harga hanya Rp75 ribu dan mengklaim memiliki kualitas yang sebanding.

Tren Dupes Berdampak pada Penjualan Merek Mewah

Meroketnya minat masyarakat China terhadap barang KW tentu memukul telak merek mewah. Dilaporkan, penjualan barang merek-merek LVMH menurun hingga 10 persen dalam semester pertama 2024 di wilayah Asia, kecuali Jepang, jika dibandingkan dengan 2023. Pasar di Asia didominasi oleh China, sehingga tren barang-barang dupes berpengaruh signifikan.

Konsumsi dan Penjualan Ritel Lesu

Tren barang-barang dupes juga berpengaruh terhadap konsumsi dan penjualan ritel yang secara keseluruhan lesu dan gagal memenuhi ekspektasi yang sebenarnya sudah rendah pada Agustus 2024 lalu. Serangkaian data ekonomi selama musim panas sangat lemah, sehingga para ekonom khawatir China gagal mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar lima persen yang diumumkan pada Maret 2024 lalu.

Konsumen Lebih Memilih Produk Terjangkau

Banyak masyarakat tidak melakukan pembelian apapun karena kombinasi dari jatuhnya harga saham, pelarian modal, dan pertumbuhan upah yang lambat. Sebagai contoh, seorang guru matematika sekolah dasar di Chongqing, Xinxin, beralih ke alternatif yang lebih terjangkau setelah mengalami pemotongan gaji "brutal" lebih dari 20 persen pada tahun ini. Ia menemukan serum dengan bahan utama serupa dengan harga super murah, yakni 100 yuan atau sekitar Rp215 ribu, dibandingkan dengan serum Estée Lauder yang harganya 720 yuan atau sekitar Rp1,5 juta.

Kurangnya Kepercayaan Terhadap Ekonomi

Pengusaha berusia 33 tahun asal Guangzhou, Nicole Hal, mengungkapkan bahwa kurangnya kepercayaan terhadap ekonomi negara telah membuatnya memangkas pengeluaran. Ia sudah berhenti membeli barang-barang mewah dan produk perawatan kulit yang mahal, termasuk pakaian mahal. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen lebih memilih untuk menghemat dan beralih ke produk yang lebih terjangkau.
More Stories
see more