Pagi yang cerah membawa berbagai emosi bagi para penghuni rumah. Arka mencoba membangunkan Alika untuk berolahraga, namun Alika masih mengantuk dan menolak ajakan tersebut. Situasi ini berubah menjadi perang bantal yang penuh tawa. Sementara itu, Lena merasakan kecemburuan saat mendengar tawa bahagia Arka dan Alika. Di ruang makan, Wirda menunjukkan ketidaksetujuannya terhadap rencana adopsi anak Aline oleh Arka dan Alika, hingga akhirnya Wirda menampar Aline dalam kemarahannya.
Di pagi hari yang indah, Arka berusaha membangunkan Alika dengan ajakan berolahraga. Namun, Alika yang masih mengantuk menolak. Arka dengan cekatan mengubah situasi menjadi permainan penuh kegembiraan. Tawa mereka mengisi udara, membuat suasana rumah semakin hangat. Lena yang lewat di depan kamar mereka tidak bisa menyembunyikan rasa cemburunya. Mendengar tawa mereka, Lena merasa hatinya teriris.
Saat Lena membawa segelas susu untuk Ayuna, dia berhenti sejenak di depan kamar Arka dan Alika. Suara tawa yang keluar dari sana membuat Lena merenung. Dia mencintai Arka dalam diam, tetapi melihat hubungan yang begitu mesra antara Arka dan Alika membuatnya merasa sakit hati. Lena merasa bahwa cinta yang tidak terbalas memang penuh penderitaan. Dia berdiri sejenak, lalu melanjutkan langkahnya dengan hati yang berat.
Di ruang makan, Wirda menyaksikan Aline sedang mengonsumsi vitamin untuk kesehatannya. Wirda merasa kesal dan mendekati Aline dengan tatapan dingin. Meskipun Aline menyapa Wirda dengan ramah, Wirda tidak menyembunyikan ketidaksetujuannya. Wirda tegas menyatakan penolakannya terhadap rencana Arka dan Alika untuk mengadopsi anak Aline. Situasi menjadi tegang ketika Wirda mengekspresikan kemarahannya secara fisik.
Wirda tidak dapat menahan amarahnya dan akhirnya menampar Aline. Ini adalah puncak dari ketidakpuasan Wirda terhadap rencana adopsi tersebut. Saat itu juga, Alika muncul dan terkejut melihat apa yang terjadi. Dia spontan memanggil "Mama!" sambil berlari mendekati Aline. Alika mencoba menenangkan situasi, tetapi kejadian ini meninggalkan bekas mendalam pada semua orang yang ada di ruangan tersebut. Wirda merasa bahwa cucunya tidak boleh lahir dari hubungan yang dianggapnya tidak sah, sementara Alika berusaha memahami dan mendukung Aline dalam proses adopsi ini.