Gaya Hidup
Kumpul Kebo: Menyingkap Pergeseran Pandangan Pernikahan di Indonesia
2024-10-12

Fenomena Kumpul Kebo di Indonesia: Pergeseran Pandangan Terhadap Pernikahan

Praktik kumpul kebo, atau hidup bersama tanpa ikatan pernikahan yang sah, semakin marak terjadi di Indonesia. Fenomena ini sering menjadi sorotan publik karena dianggap bertentangan dengan nilai-nilai hukum dan agama di negara ini. Namun, ada beberapa faktor yang mendorong pasangan untuk memilih jalan ini, seperti pandangan yang lebih longgar terhadap komitmen pernikahan dan beban finansial yang terlalu berat.

Menyingkap Alasan di Balik Fenomena Kumpul Kebo di Indonesia

### Pergeseran Pandangan Terhadap PernikahanSalah satu faktor utama yang mendorong pasangan untuk memilih kumpul kebo adalah pergeseran pandangan terhadap pernikahan. Saat ini, tidak sedikit anak muda yang memandang pernikahan sebagai sesuatu yang normatif dengan aturan yang rumit. Sebagai gantinya, mereka memandang kumpul kebo sebagai hubungan yang lebih murni dan bentuk nyata dari cinta.### Beban Finansial yang BeratSelain itu, beban finansial juga menjadi salah satu alasan mengapa pasangan memilih untuk kumpul kebo. Prosedur pernikahan yang dianggap terlalu rumit dan mahal membuat mereka memilih untuk hidup bersama tanpa ikatan resmi. Hal ini terutama terjadi di kalangan pasangan muda yang belum mapan secara ekonomi.### Penerimaan Sosial yang TerbatasFaktor lain yang mendorong pasangan untuk kumpul kebo adalah penerimaan sosial yang terbatas. Di beberapa daerah, terutama di Indonesia bagian Timur yang mayoritas penduduknya non-Muslim, praktik kumpul kebo masih dianggap tabu dan tidak mendapatkan pengakuan legal. Namun, bagi pasangan yang memilih jalan ini, kumpul kebo dianggap sebagai langkah awal menuju pernikahan yang lebih diterima secara sosial.### Perbandingan dengan Negara LainBerbeda dengan Eropa Barat dan Utara, Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Selandia Baru, di Asia yang menjunjung tinggi budaya, tradisi, serta agama, praktik kumpul kebo tidak mendapatkan pengakuan legal. Jikapun terjadi, kumpul kebo hanya berlangsung dalam waktu yang singkat dan dinilai sebagai langkah awal menuju pernikahan yang lebih diterima secara sosial.### Profil Pasangan Kumpul Kebo di IndonesiaStudi yang dilakukan pada tahun 2021 berjudul "The Untold Story of Cohabitation" mengungkapkan bahwa praktik kumpul kebo lebih banyak terjadi di Indonesia bagian Timur yang mayoritas penduduknya non-Muslim. Berdasarkan data dari Pendataan Keluarga 2021 (PK21) milik Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), setidaknya 0,6% penduduk kota Manado, Sulawesi Utara, melakukan kohabitasi.Dari total populasi pasangan kohabitasi tersebut, 1,9% di antaranya sedang hamil saat survei dilakukan, 24,3% berusia kurang dari 30 tahun, 83,7% berpendidikan SMA atau lebih rendah, 11,6% tidak bekerja, dan 53,5% lainnya bekerja secara informal. Hal ini menunjukkan bahwa praktik kumpul kebo di Indonesia cenderung terjadi di kalangan pasangan muda yang belum mapan secara finansial dan sosial.
More Stories
see more