Gaya Hidup
Makin Banyak Remaja Putri Alami Pubertas Dini, Apa Penyebabnya?
2024-10-01
Mengapa Pubertas Dini Semakin Meningkat di Kalangan Remaja?
Dalam beberapa tahun terakhir, para ahli telah mengamati peningkatan jumlah remaja yang mengalami pubertas dini. Fenomena ini menjadi perhatian serius karena dapat berdampak pada kesehatan jangka panjang. Lalu, apa sebenarnya yang menyebabkan pubertas dini semakin umum terjadi?Tren Mengkhawatirkan yang Perlu Diwaspadai
Pergeseran Usia Pubertas
Secara umum, anak perempuan biasanya mengalami pubertas pada usia 11 tahun, sementara anak laki-laki pada usia 12 tahun. Namun, jika anak perempuan mulai pubertas pada usia 7 tahun atau lebih muda, atau anak laki-laki pada usia 8 tahun atau lebih muda, maka mereka dapat didiagnosis mengalami pubertas dini. Kondisi ini dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan jangka panjang, seperti obesitas, diabetes, gangguan kesehatan mental, dan bahkan kanker payudara.Tren ini telah diamati secara global. Dalam studi selama beberapa dekade terakhir, usia saat anak perempuan mulai mengalami tanda-tanda pubertas utama, seperti pertumbuhan payudara, telah menurun sekitar tiga bulan per dekade sejak tahun 1977 hingga 2013. Sayangnya, tren ini tampaknya tidak menunjukkan perlambatan dalam dekade terakhir.Perbedaan Tren Antara Amerika dan Eropa
Ketika para ahli pertama kali mengidentifikasi pergeseran ke arah pubertas dini di kalangan remaja Amerika pada tahun 1990-an, mereka tidak melihat tren yang sama di kalangan anak-anak Eropa. Para peneliti mengaitkan fenomena ini dengan epidemi obesitas yang terjadi di Amerika Serikat.Namun, sejak awal tahun 2000-an, situasi berubah. Dari Denmark hingga Italia, semakin banyak anak-anak Eropa yang mulai mengalami pubertas lebih awal. Ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi pubertas dini tidak terbatas pada satu wilayah saja.Dampak Pandemi COVID-19
Selama bulan-bulan awal pandemi COVID-19, dokter di Italia mencatat tren yang mengkhawatirkan. Mereka melihat peningkatan jumlah remaja perempuan yang datang ke klinik endokrinologi pediatrik dengan tanda-tanda pubertas dini, seperti perkembangan payudara yang lebih cepat.Dari Maret hingga September 2020, terdapat 328 rujukan untuk anak perempuan, meningkat dari 140 rujukan pada periode yang sama tahun sebelumnya. Meskipun rujukan tersebut kembali menurun pada tahun 2022, para peneliti meyakini bahwa gaya hidup yang kurang aktif dan penggunaan ponsel yang berlebihan selama era awal pandemi mungkin terkait dengan peningkatan tersebut. Selain itu, stres yang intens selama pandemi juga diduga dapat mendorong perubahan yang mereka amati.Faktor-Faktor yang Diduga Menyebabkan Pubertas Dini
Para peneliti telah mengidentifikasi beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab pubertas dini, meskipun hubungan sebab-akibat masih belum sepenuhnya jelas. Beberapa faktor yang diduga berperan antara lain:1. Obesitas: Kelebihan berat badan terkait dengan peningkatan kadar leptin, hormon yang memberi sinyal bahwa tubuh siap untuk memulai pubertas. Namun, studi awal di Denmark menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan dalam indeks massa tubuh (IMT) antara kelompok anak perempuan yang mengalami pubertas lebih awal dan yang tidak.2. Paparan zat kimia: Salah satu teori terkemuka adalah bahwa paparan zat kimia pengganggu endokrin yang ditemukan dalam makanan dan produk sehari-hari dapat memicu pubertas lebih awal. Namun, bukti tentang faktor kimia ini masih belum meyakinkan dan perannya masih belum jelas.3. Faktor gaya hidup: Penelitian menunjukkan bahwa gaya hidup yang kurang aktif dan penggunaan ponsel yang berlebihan selama pandemi COVID-19 mungkin terkait dengan peningkatan kasus pubertas dini.4. Stres: Beberapa penelitian mengindikasikan bahwa stres, seperti yang dialami anak-anak dari keluarga tanpa ayah, dapat mendorong pubertas dini.5. Faktor keluarga: Anak tunggal cenderung memasuki masa pubertas lebih awal daripada anak-anak dengan saudara kandung biologis.Meskipun faktor-faktor ini saling tumpang tindih, hubungan sebab-akibat antara faktor-faktor tersebut dan pubertas dini masih belum sepenuhnya dipahami. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memahami dinamika yang kompleks di balik fenomena ini.