Pasar
Pasar Modal Indonesia Menguat di Awal Perdagangan, Menantikan Keputusan Suku Bunga BI
2025-01-15
Dalam perdagangan awal Rabu (15/1/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan peningkatan yang signifikan. Para pelaku pasar memperhatikan beberapa faktor utama, termasuk keputusan suku bunga Bank Indonesia (BI) dan data ekonomi terbaru dari dalam dan luar negeri.

Keputusan Suku Bunga BI Menjadi Fokus Utama Pasar

Bursa Efek Indonesia (BEI) membuka perdagangan dengan optimisme pada hari Rabu, 15 Januari 2025. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat seiring ekspektasi positif para investor. Sentimen ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari kebijakan moneter hingga kondisi ekonomi global.

Pada pembukaan perdagangan, IHSG mencatatkan kenaikan 0,81% ke level 7.013,22. Meski sempat meredup menjadi 0,77% ke 7.010,09, indeks tersebut berhasil kembali melesat ke posisi psikologis 7.000. Transaksi di awal sesi mencapai Rp 685 miliar, melibatkan 995 juta lembar saham yang ditransaksikan sebanyak 90.381 kali.

Sentimen Eksternal dan Internal Mempengaruhi Kinerja IHSG

Pergerakan IHSG tidak lepas dari pengaruh sentimen eksternal dan internal. Salah satu faktor utama adalah keputusan suku bunga terbaru dari Bank Indonesia (BI). Pasar menanti pengumuman BI Rate yang akan disampaikan pada siang hari ini. Sejak September 2024, BI telah mempertahankan suku bunga acuan di level 6%, setelah melakukan penurunan 25 basis poin (bps).

Konsensus yang dikumpulkan dari 15 institusi memproyeksikan bahwa BI kemungkinan besar akan mempertahankan tingkat suku bunganya di level 6%. Hal ini didasarkan pada tujuan untuk menjaga inflasi tetap terkendali sesuai target 2,5±1% pada tahun 2024 dan 2025, serta mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Gubernur BI, Perry Warjiyo, sebelumnya telah menyatakan komitmennya terhadap kebijakan moneter yang konsisten.

Data Ekonomi Mendukung Optimisme Pasar

Di samping itu, data neraca perdagangan Indonesia juga menjadi perhatian. Neraca dagang diperkirakan akan mencatat surplus US$3,55 miliar pada Desember 2024, meskipun lebih rendah dibandingkan November 2024 yang mencapai US$4,42 miliar. Surplus ini menandai pencapaian positif selama 56 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Namun, penurunan harga batu bara global di akhir tahun 2024 turut berpengaruh pada penurunan surplus neraca perdagangan.

Selain itu, data inflasi Amerika Serikat (AS) menjadi indikator penting lainnya. Trading Economics memperkirakan inflasi AS pada Desember 2024 tetap stabil di angka 3,3% yoy. Tingkat inflasi AS memiliki dampak signifikan terhadap kebijakan suku bunga Federal Reserve (The Fed). The Fed sendiri telah memangkas suku bunganya sebesar 25 bps di akhir tahun 2024, namun hanya memproyeksikan dua pemotongan lagi pada 2025.

Analisis Dampak Ekonomi Global Terhadap IHSG

Kondisi ekonomi global, terutama di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, memiliki pengaruh langsung terhadap performa pasar modal Indonesia. Inflasi AS yang tetap terkendali memberikan sinyal positif bagi investor. Selain itu, kebijakan The Fed yang cenderung dovish, dengan pemotongan suku bunga yang lebih sedikit, dapat memicu aliran modal masuk ke pasar berkembang, termasuk Indonesia.

Di sisi lain, ketidakpastian geopolitik dan isu-isu ekonomi global lainnya tetap menjadi tantangan. Investor harus tetap waspada terhadap potensi risiko yang bisa mempengaruhi kinerja pasar. Namun, langkah-langkah kebijakan yang tepat dari Bank Indonesia dan pemerintah Indonesia dapat memitigasi dampak negatif tersebut.

More Stories
see more