Pencipta lagu terkenal, Badai, mengungkapkan tiga tantangan utama yang menyebabkan pelanggaran hak royalti masih sering terjadi di industri musik. Masalah ini mencakup kurangnya kesadaran eksekutor acara (EO) untuk membayar royalti, proses hukum yang kompleks, dan ketidaksadaran artis tentang pentingnya melaporkan daftar lagu kepada EO. Badai menekankan bahwa situasi ini berdampak pada pencipta lagu yang sering kali tidak mendapatkan hak mereka tepat waktu.

Ketidakadilan dalam Pembayaran Royalti Musik

Dalam dunia musik yang penuh warna, Badai, seorang komposer ternama, memaparkan isu krusial yang sering diabaikan oleh banyak pihak. Menurutnya, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab utama masalah pembayaran royalti yang belum terselesaikan dengan baik. Pertama, banyak eksekutor acara (EO) yang belum memiliki kesadaran untuk membayar royalti secara rutin. Kedua, kasus pelanggaran hak cipta termasuk dalam kategori delik aduan, bukan delik umum. Hal ini membuat proses penegakan hukum menjadi lebih rumit dan memerlukan langkah-langkah hukum yang panjang. Ketiga, para artis sendiri sering kali tidak menyadari pentingnya melaporkan daftar lagu kepada EO sebelum pertunjukan dimulai. Akibatnya, vendor, keamanan, dan artis dibayar terlebih dahulu, sementara pencipta lagu harus menunggu lama untuk menerima hak mereka.

Dari perspektif seorang jurnalis, informasi ini memberikan pandangan baru tentang betapa pentingnya kesadaran hukum dan etika dalam industri musik. Melalui pemahaman yang lebih baik tentang hak cipta dan proses royalti, diharapkan semua pihak dapat bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang adil bagi pencipta lagu dan artis. Kesadaran ini akan membantu membangun industri musik yang lebih transparan dan berkelanjutan.