Pasar
Saham Indonesia Terkoreksi di Sesi I, Menunggu Data Ekonomi Penting
2025-01-14

Pada Selasa (14/1/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan pada akhir sesi perdagangan pertama. IHSG melemah seiring dengan sikap wait and see para investor menjelang pengumuman data ekonomi penting dari Amerika Serikat dan kebijakan suku bunga Bank Indonesia. Meski sempat menguat di awal, indeks ini kembali terkoreksi hingga mencapai level psikologis 6.900. Transaksi mencapai Rp 5,2 triliun dengan sektor keuangan menjadi penekan utama.

Penurunan IHSG Ditandai oleh Ketidakpastian Pasar

Dalam suasana musim dingin yang menyejukkan Jakarta, pasar saham Indonesia mengalami penurunan signifikan pada hari Selasa. Pukul 12:00 WIB, IHSG merosot 0,5% ke posisi 6.981,48, setelah sempat bergerak naik di awal sesi. Namun, tekanan pasar yang kuat mendorong indeks ini turun hingga menyentuh level psikologis 6.900. Nilai transaksi mencapai Rp 5,2 triliun dengan 8,8 miliar saham berpindah tangan sebanyak 830.588 kali.

Sektor keuangan menjadi pemicu utama penurunan ini, dengan koreksi mencapai 1,42%. Emiten perbankan seperti PT Bank Mandiri (BMRI) juga berkontribusi besar dalam penurunan ini, dengan dampak hingga 11,2 indeks poin. Emiten energi terbarukan dan telekomunikasi juga memberikan kontribusi penurunan masing-masing sebesar 10,5 dan 5,8 indeks poin.

Ketidakpastian pasar diperparah oleh ekspektasi rilis data inflasi AS dan keputusan suku bunga BI pada hari berikutnya. Investor menunggu data produksi inflasi AS untuk Desember 2024, yang diperkirakan mencapai 3,2% yoy. Selain itu, neraca dagang Indonesia pada Desember 2024 diperkirakan surplus US$4,33 miliar, meskipun lebih rendah dibanding bulan sebelumnya.

Berita tentang potensi penurunan ekspor dan peningkatan impor juga mempengaruhi sentimen pasar. Pertumbuhan ekspor diprediksi melambat menjadi 8,5% yoy, sementara pertumbuhan impor diperkirakan meningkat menjadi 4%.

Pada Rabu (15/1/2025), Bank Indonesia akan mengumumkan suku bunga untuk Januari 2025. Keputusan ini sangat dinantikan karena dapat mempengaruhi nilai tukar rupiah dan stabilitas ekonomi nasional.

Gubernur BI, Perry Warjiyo, telah menegaskan bahwa kebijakan moneter akan tetap fokus pada kontrol inflasi dan mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Dengan situasi ketidakpastian global yang semakin tinggi, langkah-langkah ini bertujuan untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah.

Dari perspektif seorang jurnalis, kondisi pasar saat ini menunjukkan betapa sensitifnya ekonomi Indonesia terhadap faktor-faktor eksternal. Penurunan IHSG menggambarkan bagaimana ketidakpastian global dan domestik dapat mempengaruhi kepercayaan investor. Hal ini mengingatkan kita akan pentingnya kebijakan yang tepat dan responsif untuk menjaga stabilitas ekonomi. Bagi pembaca, situasi ini juga mengajarkan tentang pentingnya diversifikasi investasi dan pemahaman mendalam terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pasar.

More Stories
see more