Pasar
Situasi Rupiah di Penghujung Tahun 2024: Stagnansi dan Fluktuasi
2024-12-27

Di penghujung tahun 2024, mata uang rupiah menunjukkan kondisi stagnan terhadap dolar Amerika Serikat (AS), meskipun mengalami pelemahan sejak perdagangan dibuka. Meski masih tertekan, upaya stabilisasi melalui berbagai kebijakan telah dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) untuk menjaga kepercayaan pasar. Situasi geopolitik internasional, termasuk ketegangan antara Pakistan dan Afghanistan, juga berpengaruh pada fluktuasi mata uang ini.

Stagnansi dan Pelemahan Rupiah

Pada hari Jumat, 27 Desember 2024, rupiah membuka perdagangan dengan posisi yang stagnan, tidak mengalami perubahan signifikan dibandingkan penutupan sebelumnya. Namun, beberapa menit setelah perdagangan dimulai, rupiah mengalami pelemahan hingga mencapai Rp16.210/US$. Kondisi ini mencerminkan dinamika pasar mata uang global yang tetap cenderung tidak stabil di akhir tahun.

Rupiah awalnya bergerak stagnan di angka Rp16.185/US$, yang sama dengan penutupan perdagangan sehari sebelumnya. Namun, tak sampai enam menit sejak perdagangan dibuka, nilai tukar rupiah turun menjadi Rp16.210/US$. Indeks DXY, yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap sekelompok mata uang utama, naik tipis 0,01% menjadi 108,14. Faktor-faktor ekonomi AS dan geopolitik dunia mempengaruhi fluktuasi ini. Kebijakan suku bunga acuan atau BI rate, intervensi pasar, serta penarikan modal asing menjadi langkah-langkah yang dilakukan untuk menjaga stabilitas rupiah.

Upaya Stabilisasi dan Komunikasi Pasar

Berbagai langkah telah diambil oleh Bank Indonesia (BI) untuk memastikan bahwa rupiah tetap stabil dalam situasi yang cenderung tertekan. Upaya ini mencakup kebijakan suku bunga acuan, intervensi pasar, dan penarikan modal asing melalui instrumen-instrumen keuangan. BI berkomunikasi intensif dengan pelaku pasar untuk mencegah persepsi yang salah dan menghindari kepanikan.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia, Edi Susianto, menyatakan bahwa bank sentral akan terus berada di pasar untuk menjaga kepercayaan dan daya tarik investasi. Koordinasi erat antara BI, pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan industri keuangan dilakukan untuk memastikan kebijakan yang dikeluarkan sejalan. Selain itu, komunikasi dengan eksportir, importir, dan pelaku perbankan dipertahankan agar informasi mengalir dengan lancar dan tepat waktu. Situasi geopolitik seperti serangan udara Pakistan ke Afghanistan juga menjadi faktor yang perlu dipertimbangkan dalam fluktuasi mata uang global.

More Stories
see more