Di Vietnam, perdagangan gelap daging kucing telah menjadi rahasia terbuka. Ribuan kucing liar diculik dan dijual ke pedagang makanan, rumah tangga, hingga restoran. Meski ilegal, permintaan tinggi membuat praktik ini sulit dihentikan. Banyak hewan peliharaan dicuri dari Thailand dan Laos, lalu diselundupkan ke toko-toko khusus.
Sementara itu, menu daging kucing dianggap lezat oleh sebagian warga Ho Chi Minh. Sup atau semur kucing menjadi hidangan favorit. Rasa unik dan tekstur yang khas membuat hidangan ini tetap diminati meski kontroversial. Namun, di balik kelezatan tersebut, tersembunyi realitas penderitaan hewan yang harus dibayar mahal.
China merupakan salah satu konsumen terbesar daging kucing dan anjing di dunia. Daging ini dipercaya memiliki manfaat kesehatan, seperti meningkatkan metabolisme tubuh, menyejukkan tubuh saat musim panas, dan menghangatkan tubuh pada musim dingin. Hidangan populer termasuk sup, steak, atau kombinasi dengan sayuran dan nasi.
Setiap tahun, lebih dari empat juta anak kucing dikonsumsi di China. Praktik ini tidak hanya berasal dari pasar gelap, melainkan juga tersedia di berbagai provinsi. Budaya konsumsi daging kucing telah berlangsung selama berabad-abad, mencerminkan keyakinan tradisional yang masih melekat kuat dalam masyarakat.
Australia dikenal memiliki jumlah satwa liar yang melimpah, termasuk kucing di daerah perkotaan. Negara ini tidak memiliki regulasi khusus terkait penyembelihan kucing untuk konsumsi. Akibatnya, terbentuklah pasar gelap untuk daging kucing. Situasi ini memunculkan pertanyaan tentang perlunya aturan yang lebih ketat untuk melindungi hewan peliharaan.
Ketidakadanya regulasi membuat praktik ini sulit dikontrol. Masyarakat Australia perlu mempertimbangkan dampak etis dan kesehatan dari konsumsi daging kucing. Upaya penegakan hukum dan kampanye kesadaran publik dapat membantu mengurangi permintaan dan melindungi hewan-hewan tak berdosa tersebut.