Gaya Hidup
Terkait Perceraian di Korea Utara: Hukuman dan Dampak
2024-12-20
Di Jakarta, CNBC Indonesia diketahui bahwa perceraian sering menjadi pilihan bagi pasangan yang merasa sulit untuk terus berpernikahan. Namun, dampak perceraian di Korea Utara lebih parah. Mereka harus menghadapi bukan hanya rasa sakit batin, tetapi juga hukuman kerja paksa.

Kenali Dampak Perceraian di Korea Utara

Perceraian di Korea Utara: Fakta dan Fakta Lainnya

Perceraian di Korea Utara bukanlah hal yang biasa. Sebagai contoh, sebuah laporan Korea Herald baru-baru ini mengungkapkan bahwa 12 pasangan resmi bercerai di pengadilan pada 13 Desember. Setelah perpisahan disahkan, mereka semua ditugaskan ke kamp kerja militer. Sumber anonim yang tinggal di Provinsi Yanggang mengatakan hal tersebut."Pada tahun lalu, hanya pihak yang mengajukan gugatan cerai yang diantar ke kamp kerja militer. Sekarang, kedua-duanya yang ditugaskan ke sana mulai bulan lalu," ujar sumber tersebut.

Hukuman kerja paksa untuk pasangan yang bercerai

Pada Juni 2021, media daring Daily NK melaporkan bahwa orang-orang yang bercerai di Korea Utara mendapatkan hukuman enam bulan di kamp kerja militer. Namun, orang yang "memiliki lebih banyak kesalahan dalam perceraian" lebih banyak ditugaskan ke sana. Hal ini diduga sebagai tanggapan atas perintah pemimpin Korea Utara Kim Jong-un pada bulan Maret tahun itu. Kim Jong-un menganggap mereka yang ingin bercerai "membawa kekacauan ke dalam masyarakat dan menentang gaya hidup sosialis."Hukum Korea Utara mengakui kemungkinan perceraian, tetapi tidak menetapkan jenis hukuman yang pasti. Sumber lain mengatakan kepada Radio Free Asia tentang seseorang yang menjalani hukuman tiga bulan di kamp kerja paksa karena bercerai. Orang tersebut melaporkan bahwa 30 dari 120 orang di kamp itu berada di sana karena menceraikan pasangan mereka. Dan wanita umumnya dikenakan hukuman yang lebih lama daripada pria. Hal ini dikarenakan perceraian cenderung diajukan oleh wanita, karena banyak perceraian di negara itu didasarkan pada kekerasan dalam rumah tangga oleh suami.

Persepsi wanita di Korea Utara terhadap perceraian

Sebuah laporan pada Januari oleh Institut Korea untuk Penyatuan Nasional, berdasarkan wawancara dengan 71 pembelot, mengatakan semakin banyak wanita di Korea Utara yang lebih suka hidup bersama dengan pasangan mereka daripada menikah. Hal ini menunjukkan bahwa dampak perceraian tidak hanya pada sisi hukum, tetapi juga pada sisi psikologis dan sosial.Dalam kehidupan sehari-hari di Korea Utara, perceraian menjadi masalah yang serius. Warga harus menghadapi dampak yang tidak mudah, baik dari sisi hukum maupun sosial. Namun, dengan pengetahuan lebih lanjut tentang hal ini, kita dapat lebih memahami situasi di Korea Utara dan membantu mereka dalam menghadapi tantangan tersebut.
More Stories
see more