Gaya Hidup
Warga RI Bangga Pakai Gelar Haji, Ternyata Warisan Penjajah
2024-08-18
Gelar Haji Warisan Kolonial Belanda: Sebuah Refleksi Sejarah dan Perdebatan Kontemporer
Di Indonesia, pemberian gelar haji bagi umat Islam yang telah menunaikan ibadah haji di Tanah Suci menjadi sebuah tradisi yang sudah mengakar. Namun, tahukah Anda bahwa asal-usul tradisi ini sebenarnya berakar dari kebijakan pemerintah kolonial Hindia Belanda? Benarkah gelar haji hanya ada di Indonesia dan tidak dikenal di Arab Saudi? Mari kita telusuri lebih dalam cerita di balik tradisi ini.Tradisi Gelar Haji, Antara Kebanggaan dan Perdebatan Syariat
Asal-Usul Gelar Haji di Indonesia
Pemberian gelar haji bagi umat Muslim yang telah menunaikan ibadah haji di Tanah Suci ternyata berawal dari kebijakan pemerintah kolonial Hindia Belanda. Pada dua abad lalu, pergi haji tidak hanya dilihat dari sudut pandang ibadah atau spiritual, tetapi juga memiliki dimensi politik. Pemerintah kolonial Belanda khawatir jika para jemaah haji yang pulang ke tanah air menyebarkan paham-paham baru yang dapat memantik pemberontakan terhadap kekuasaan mereka.Untuk mengawasi para jemaah haji, pemerintah kolonial Belanda kemudian menerapkan kebijakan pencantuman gelar haji dalam sapaan atau nama. Melalui mekanisme ini, mereka dapat dengan mudah memantau dan menangkap orang-orang bergelar haji jika terjadi pemberontakan di suatu daerah. Kebijakan ini pertama kali diinisiasi pada era Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels dan diperkuat kembali saat Indonesia di bawah penjajahan Inggris di bawah Gubernur Jenderal Thomas Stanford Raffles.Perdebatan Syariat: Apakah Gelar Haji Sesuai dengan Ajaran Islam?
Menariknya, tradisi pemberian gelar haji di Indonesia ternyata tidak dikenal di Arab Saudi sebagai pusat ajaran Islam. Dalam pandangan syariat Islam, pemberian gelar haji atau 'hajjah' bagi laki-laki dan perempuan yang telah menunaikan ibadah haji memang tidak diatur secara spesifik.Beberapa ulama berpendapat, pemberian gelar haji di Indonesia merupakan bentuk penghormatan dan pengakuan atas ibadah haji yang telah dilakukan. Namun di sisi lain, ada juga yang berpendapat bahwa tradisi ini tidak sejalan dengan ajaran Islam yang mengharuskan kesederhanaan dan menghindari kebanggaan diri. Perbedaan pandangan ini memicu perdebatan di kalangan umat Muslim di Indonesia.Dampak dan Refleksi Atas Tradisi Gelar Haji
Meskipun telah 79 tahun Indonesia merdeka, tradisi pemberian gelar haji warisan kolonial Belanda ini masih tetap bertahan. Bahkan, gelar haji atau 'hajjah' kerap menjadi suatu kebanggaan bagi mereka yang telah menunaikan ibadah haji.Namun, disadari atau tidak, tradisi ini sesungguhnya merupakan bagian dari upaya pemerintah kolonial Belanda untuk mengawasi dan mengontrol pergerakan rakyat Indonesia. Kebijakan ini dilatarbelakangi oleh ketakutan mereka terhadap potensi pemberontakan yang dapat muncul dari kalangan jemaah haji yang telah mendapatkan wawasan baru di Tanah Suci.Dalam konteks kekinian, pemberian gelar haji masih menjadi perdebatan di kalangan umat Muslim. Sebagian berpendapat gelar tersebut merupakan penghormatan, sementara yang lain menganggapnya tidak sesuai dengan ajaran Islam. Perdebatan ini mencerminkan bagaimana warisan kolonialisme masih mempengaruhi praktik keagamaan di Indonesia hingga hari ini.