Berita
Bahaya Abrasi di Pesisir Utara Pulau Jawa
2025-01-28

Penyusutan garis pantai di wilayah pesisir utara Pulau Jawa telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan menunjukkan bahwa hampir separuh dari total garis pantai, sepanjang 745 kilometer, telah hilang akibat abrasi. Situasi ini semakin memburuk di daerah Tangerang, di mana ratusan hektare lahan telah tergerus dalam dua dekade terakhir. Studi dari Universitas Indonesia juga mencatat perubahan signifikan di berbagai desa di Kabupaten Tangerang, dengan beberapa daerah mengalami akresi sementara yang lain menghadapi abrasi yang parah.

Pengaruh Abrasi pada Lahan dan Lingkungan

Abrasi telah menyebabkan kerugian besar bagi masyarakat setempat dan lingkungan di pesisir Tangerang. Penelitian menunjukkan bahwa sejak tahun 1995 hingga 2015, 579 hektare lahan telah hilang akibat erosi laut. Desa Tanjung Burung menjadi salah satu daerah yang paling terdampak dengan laju abrasi tertinggi, mencapai 23,12 meter per tahun. Sementara itu, Desa Kohod mengalami akresi yang cukup tinggi, menambah luas lahan hingga 55,51 hektare.

Kondisi ini diperparah oleh hilangnya ekosistem mangrove yang semakin rentan terhadap abrasi. Data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan bahwa laju abrasi bisa mencapai 200 hingga 500 meter dalam sepuluh tahun terakhir. Hal ini sangat jelas terlihat dari citra satelit Pantai Anom, di mana daratan yang dulunya ada kini sudah tenggelam di bawah air. Proses ini tidak hanya mengancam keberadaan lahan tetapi juga merusak ekosistem dan mengganggu aktivitas masyarakat setempat.

Dampak Ekologis dan Solusi Potensial

Abrasi tidak hanya membawa dampak fisik tetapi juga memiliki implikasi serius terhadap ekologi dan kehidupan masyarakat. Daerah seperti Desa Ketapang telah kehilangan 27,65 hektare lahan, sementara Desa Kohod mengalami peningkatan lahan melalui akresi. Namun, tantangan utama tetap terletak pada upaya pemulihan dan perlindungan terhadap lahan yang terkena abrasi.

Para ahli menekankan pentingnya menjaga ekosistem mangrove sebagai benteng alami melawan abrasi. Citra satelit menunjukkan bahwa daerah yang masih memiliki mangrove cenderung lebih tahan terhadap erosi. Upaya rehabilitasi lahan dan pengembangan infrastruktur pantai menjadi langkah penting untuk mengurangi dampak abrasi. Selain itu, rencana tata ruang yang efektif dan penanggulangan bencana yang tepat waktu dapat membantu meminimalkan kerusakan lingkungan dan melindungi masyarakat setempat dari ancaman abrasi yang semakin parah.

More Stories
see more