Dalam perkembangan terbaru, mantan aktris Amerika yang kini menjadi anggota kerajaan Inggris, Meghan Markle, kembali menjadi pusat perhatian publik. Kali ini, ia disebut-sebut telah melakukan gaslighting dan mengancam stafnya. Berbagai laporan menunjukkan bahwa perilaku Meghan terhadap karyawan di lingkungan kerjanya cenderung berubah-ubah, tergantung pada sejauh mana mereka mendukung visinya. Situasi ini telah memicu banyak diskusi dan kontroversi di kalangan masyarakat.
Pada hari Selasa (28/1/2025), Kinsey Schofield, pembawa acara podcast To Di For Daily, membuka detail tentang dugaan perilaku Meghan Markle terhadap stafnya. Menurut laporan dari Fox News Digital, mantan staf Sussex menyatakan bahwa Meghan sering memberikan perhatian berlebihan kepada karyawan potensial dan mereka yang patuh terhadap kemauannya. Namun, ketika ada karyawan yang tidak sepenuhnya mendukung visinya, Meghan dilaporkan mengucilkan mereka.
Schofield menjelaskan bahwa sikap Meghan yang berubah-ubah menciptakan lingkungan kerja yang membuat karyawan merasa terobsesi untuk mendapatkan kembali kepercayaan mantan artis Hollywood tersebut. Mantan staf juga mengungkapkan bahwa Meghan sering membombardir karyawan dengan permintaan dan ekspektasi yang tinggi, sehingga menciptakan tekanan psikologis yang signifikan.
Dalam situasi ini, para karyawan merasa harus selalu berada dalam performa terbaik agar tidak mengalami konsekuensi negatif. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana manajemen hubungan antara atasan dan bawahan dapat mempengaruhi kesejahteraan mental karyawan.
Dari perspektif seorang jurnalis, laporan ini mengingatkan kita akan pentingnya membangun budaya kerja yang sehat dan saling menghormati. Perusahaan atau organisasi mana pun harus memastikan bahwa setiap individu merasa didengar dan dihargai, bukan hanya berdasarkan sejauh mana mereka bisa memenuhi ekspektasi pribadi pemimpin. Ini juga menjadi pelajaran bagi kita semua bahwa komunikasi yang efektif dan empati adalah kunci dalam membangun hubungan kerja yang positif.