Tatang Nurhidayat, sebagai Presiden Direktur TUGU, melakukan pembelian saham TUGU dalam 3 kali transaksi. Pertama pada 18 November 2024 dengan 2500 saham pada harga Rp1.045. Kemudian dua kali pada 22 November, yaitu 7500 saham pada harga rata-rata Rp1.040 dan 704.000 saham pada harga rata-rata Rp1.142. Dana yang dikeluarkan setara dengan Rp814,38 juta, dan saham TUGU yang dimiliki Tatang bertambah menjadi 1,15 juta saham atau setara dengan 0,0324%.
Emil Hakim, Direktur Keuangan dan Layanan Korporat TUGU, membeli 603.600 saham TUGU pada harga rata-rata Rp1.142 atau setara dengan Rp689,31 juta. Pembelian ini membuat kepemilikan Emil Hakim di saham TUGU bertambah menjadi 755.600 saham atau setara dengan 0,0213%. Direktur Pemasaran Asuransi TUGU Ery Widiatmoko juga memborong 603.600 saham pada 22 November dengan harga rata-rata Rp1.142, merogoh kocek senilai Rp689,31 juta sehingga memiliki 0,0170%.
Direktur Teknik Sudarlin dan Direktur Kepatuhan & Manajemen Risiko Edi Yoga Prastyo masing-masing melakukan pembelian 413.400 saham pada harga rata-rata Rp1.142. Dana yang dikeluarkan masing-masing Rp472,1 juta. Setelah transaksi, saham TUGU yang dimiliki Sudarlin bertambah menjadi 615.900 atau 0,0173%, sedangkan saham Edi Yoga bertambah menjadi 580.600 saham atau 0,0163%.
Analis Panin Sekuritas Sarkia Adelia menganggap aksi pembelian saham TUGU oleh jajaran direksi sebagai sesuatu yang positif. "Pembelian saham oleh jajaran manajemen kunci mencerminkan optimisme terhadap fundamental dan prospek perseroan ke depan," kata Sarkia. Ia juga melihat momentum kinerja TUGU saat ini positif dengan pertumbuhan premi dan peningkatan laba bersih yang berasal dari operasional inti perusahaan.
"Pendapatan premi masih tumbuh dobel digit sementara loss ratio berhasil dijaga bahkan diturunkan di level 56% jauh di bawah 62% di tahun lalu," tambah Sarkia. TUGU mencatatkan laba bersih setelah hak minoritas secara konsolidasian sebesar Rp 592 miliar pada kinerja Januari-September 2024, hampir mendekati estimasi net profit pada analis yang menargetkan Rp700 miliar. Laba pada kuartal III-2024 turun secara year on year karena emiten mendapatkan pendapatan satu waktu dari pembayaran kasus hukum Citibank N.A di Hong Kong.
Pencapaian laba didukung oleh pencapaian premi bruto secara konsolidasian senilai Rp6,9 triliun, meningkat 26% YoY. Premium bruto asuransi kebakaran mencapai Rp2,9 triliun per akhir September 2024 atau naik 53% YoY. Kontribusi segmen ini ke total premi bruto perseroan mencapai 43%.
Total pendapatan underwriting TUGU mencapai Rp2,3 triliun atau naik 17% yoy. Sementara total pendapatan TUGU yang berasal dari pendapatan underwriting, pendapatan investasi dan pendapatan usaha lainnya mencapai Rp3,2 triliun dan tumbuh 16% yoy. Ketika total pendapatan TUGU tumbuh dobel digit, total beban usaha perseroan tumbuh terbatas. Beban klaim neto perseroan hanya naik 9% yoy menjadi Rp 1,6 triliun akhir September 2024. Sedangkan beban operasional turun 5% yoy menjadi Rp544 miliar pada waktu yang sama.
Analis Kiwoom Sekuritas Abdul Azis memperkirakan kinerja yang solid dari TUGU akan berlanjut sampai akhir tahun. Hal ini didukung oleh bisnis asuransi umum yang tumbuh dengan solid serta kinerja investasi dan anak usaha yang positif. "Tahun 2024 kinerja TUGU lebih banyak ditopang oleh core business di segmen asuransi. Laba bersih hingga September 2024 mencapai Rp 592 miliar. Jika pendapatan non-core dikeluarkan, maka sebenarnya core profit TUGU masih naik sekitar 120%. Hingga akhir tahun angka laba bersih Rp 700 miliar tentunya masih feasible untuk dicapai," kata Azis.