Pasar
Perbankan Indonesia Tetap Tangguh di Tengah Tantangan Ekonomi
2024-11-01
Industri perbankan di Indonesia menghadapi tantangan dalam pertumbuhan penyaluran kredit, namun tetap mampu menjaga profil risiko yang sehat. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan bahwa pertumbuhan kredit per September 2024 melambat, namun dana pihak ketiga (DPK) tetap tumbuh positif dan rasio kredit bermasalah (NPL) menurun. Hal ini menunjukkan bahwa sektor perbankan tetap mampu menjaga kinerja intermediasi yang baik di tengah kondisi ekonomi yang kurang kondusif.

Pertumbuhan Kredit Perbankan Melambat, Namun Profil Risiko Terjaga

Perlambatan Pertumbuhan Kredit

Berdasarkan data OJK, pertumbuhan penyaluran kredit industri perbankan per September 2024 tercatat sebesar 10,85% secara tahunan (yoy), menjadi Rp7.579 triliun. Angka ini menunjukkan perlambatan dibandingkan periode sebelumnya. Kredit modal kerja tumbuh melambat dari 10,75% yoy menjadi 10,01% yoy, sementara kredit investasi juga melambat dari 13,08% yoy menjadi 12,26% yoy.Hanya kredit konsumsi yang mencatat pertumbuhan akselerasi, naik tipis dari 10,83% yoy menjadi 10,88% yoy. Hal ini mengindikasikan bahwa permintaan kredit dari sektor konsumsi masih cukup kuat, meskipun sektor produktif mengalami perlambatan.

Profil Risiko Terjaga

Meskipun pertumbuhan kredit melambat, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menyatakan bahwa fungsi intermediasi perbankan tetap tumbuh positif dengan profil risiko yang terjaga. Hal ini tercermin dari beberapa indikator, antara lain:1. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK): OJK mencatat DPK perbankan tumbuh 7,04% yoy menjadi Rp8.721 triliun, naik tipis dibandingkan bulan sebelumnya.2. Penurunan Rasio Kredit Bermasalah (NPL): Rasio NPL secara gross turun dari 2,43% pada September 2023 menjadi 2,21% per September 2024.3. Penurunan Rasio Loan at Risk (LAR): Rasio LAR pada akhir kuartal III-2024 tercatat sebesar 10,11%, turun 196 basis poin (bps) secara tahunan.Hal ini menunjukkan bahwa meskipun pertumbuhan kredit melambat, perbankan tetap mampu menjaga profil risiko yang sehat, dengan didukung oleh pertumbuhan DPK yang positif dan penurunan rasio kredit bermasalah.

Tantangan dan Prospek Ke Depan

Perlambatan pertumbuhan kredit perbankan ini tidak terlepas dari kondisi ekonomi yang kurang kondusif, seperti perlambatan daya beli masyarakat dan dampak dari kebijakan moneter yang ketat. Namun, dengan profil risiko yang terjaga, perbankan diharapkan dapat terus menjaga kinerja intermediasi yang baik dan mendukung pemulihan ekonomi.Ke depan, perbankan perlu terus berinovasi dalam menyalurkan kredit, seperti dengan memanfaatkan teknologi digital dan memperkuat sinergi dengan sektor lain, seperti multifinance, untuk memperluas jangkauan dan menjaga kualitas portofolio kredit. Selain itu, upaya peningkatan literasi keuangan juga menjadi penting untuk mendorong pertumbuhan kredit yang sehat dan berkelanjutan.Dengan langkah-langkah strategis tersebut, diharapkan industri perbankan dapat terus menjaga kinerja yang baik dan berkontribusi positif bagi pemulihan ekonomi Indonesia di masa mendatang.
more stories
See more