Showbiz
Tentang Seniman Musik Tradisional di Depok
2024-11-21
Di Jakarta, delapan seniman musik tradisional ditemukan duduk bersila di teras rumah sederhana di kawan Citayam, Depok. Setiap seniman memiliki alat musiknya sendiri. Namun, tidak hanya alat-alat musik tradisional yang tampak. Laptop, mixer, Ipad, dan tumpukan speaker juga digunakan untuk menunjang musik yang mereka mainkan. Mereka tampil dengan penampilan singkat, hanya mengenakan pakaian sehari-hari seperti kaus, kemeja, atau celana jeans. Ada juga yang mengenakan sarung karena ini hanya sesi latihan. Namun, sedikit yang membedakan adalah tutup kepala yang mereka kenakan. Ada yang mengenakan lomar khas Banten dan ada juga yang mengenakan tanjak khas Riau atau Passapu (Makkasar). Mereka memang berasal dari daerah yang berbeda dan memiliki alat musik yang berbeda-beda. Semua mewakili daerah masing-masing. Dalam sesi workshop atau rehearsal, mereka membentuk harmoni indah yang mengiringi syair, pantun, atau puji-pujian khidmat yang dilantukan. Ini adalah Kabata Tanrasula. Kabata Tanrasula merupakan sebuah produksi seni pertunjukan lintas media berbasis karya musik yang juga dikentalkan dengan elemen seni lain seperti dramaturgi, koreografi, penataan artistik, dan lainnya. Kabata Tanrasula rencananya akan dipentaskan Konstelasi Artistik Indonesia di Cape Town, Afrika Selatan, 30 November. Konstelasi Artistik Indonesia sendiri merupakan komunitas yang dibentuk sejalan dengan program Ford Global Fellowship yang diraih Aristofani Fahmi dengan mendorong isu seni budaya sebagai platform mewujudkan kesetaraan dan keadilan sosial.
Seniman Musik Tradisional di Depok
Dalam sesi latihan di rumah sederhana di Depok, seniman musik tradisional tersebut tampak begitu sederhana. Mereka duduk bersila di teras dengan alat musik masing-masing. Alat-alat musik tradisional seperti gendang, rebab, dan suling tampak dengan jelas. Namun, ada juga perbedaan dengan peralatan elektronik seperti laptop, mixer, Ipad, dan speaker. Mereka menggunakan peralatan elektronik ini untuk menambah efek suara dan memastikan musik mereka terdengar lebih baik. Mereka mengenakan pakaian sehari-hari seperti kaus, kemeja, atau celana jeans. Ini menunjukkan bahwa mereka tidak terlalu memperhatikan penampilan formal saat sesi latihan. Namun, ada juga yang mengenakan sarung untuk menambah elemen kebudayaan. Tutup kepala mereka juga berbeda. Ada yang mengenakan lomar khas Banten yang memberikan nuansa khas daerah. Ada juga yang mengenakan tanjak khas Riau atau Passapu (Makkasar) yang menunjukkan keunikan daerah mereka. Mereka berasal dari berbagai daerah dan memiliki alat musik yang berbeda. Gendang dari Jawa, rebab dari Sumatra, dan suling dari Sulawesi. Namun, dalam sesi workshop atau rehearsal, mereka berhasil membentuk harmoni indah. Harmoni ini mengiringi syair, pantun, atau puji-pujian khidmat yang dilantukan. Ini adalah keunggulan dari Kabata Tanrasula.Produksi Seni Pertunjukan Kabata Tanrasula
Kabata Tanrasula adalah sebuah produksi seni pertunjukan yang unik. Ini adalah kombinasi dari karya musik dan elemen seni lain seperti dramaturgi, koreografi, dan penataan artistik. Seni pertunjukan ini bertujuan untuk mengungkapkan keunikan daerah dan budaya. Seniman-seni ini menggunakan musik tradisional mereka sebagai medium untuk mengungkapkan pesan mereka. Mereka tidak hanya bermain musik, tetapi juga menampilkan cerita melalui musik. Dramaturgi dan koreografi digunakan untuk menciptakan suasana yang menarik dan memikat para penonton. Penataan artistik juga sangat penting untuk membuat tampilan yang menarik. Kabata Tanrasula akan dipentaskan di Cape Town, Afrika Selatan, 30 November. Ini adalah kesempatan bagi seniman-seni ini untuk menunjukkan keunikan budaya Indonesia di luar negeri.Program Ford Global Fellowship dan Konstelasi Artistik Indonesia
Konstrasi Artistik Indonesia sendiri merupakan hasil dari program Ford Global Fellowship yang diraih Aristofani Fahmi. Program ini mendorong isu seni budaya sebagai platform mewujudkan kesetaraan dan keadilan sosial. Dengan program ini, Aristofani Fahmi berhasil membentuk komunitas seniman yang berfokus pada seni budaya. Konstelasi Artistik Indonesia adalah komunitas ini yang akan mempresentasikan Kabata Tanrasula di Cape Town. Program Ford Global Fellowship tidak hanya memberikan dukungan finansial, tetapi juga mengajak seniman untuk berbagi cerita melalui seni. Seni budaya menjadi medium untuk mengungkapkan permasalahan sosial dan mencari solusi. Konstelasi Artistik Indonesia akan membawa pesan positif tentang seni budaya Indonesia ke luar negeri.