Pasar minyak global mengalami peningkatan harga signifikan, dengan acuan Brent mencapai lebih dari US$81 per barel, yang merupakan level tertinggi dalam empat bulan terakhir. Kenaikan ini dipicu oleh sanksi Amerika Serikat yang lebih luas terhadap ekspor minyak mentah Rusia, mempengaruhi pembeli utama seperti Tiongkok dan India. Data Refinitiv menunjukkan bahwa pada perdagangan Senin (13/1/2025), harga minyak mentah acuan Brent naik 1,52% menjadi US$80,97 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) juga melonjak 1,7% menjadi $77,87 per barel. Penguatan ini telah berlangsung sejak awal Januari 2025, setelah Departemen Keuangan AS memberlakukan sanksi baru terhadap industri minyak Rusia.
Kebijakan sanksi terbaru dari Amerika Serikat mencakup produsen minyak besar seperti Gazprom Neft dan Surgutneftegas, serta 183 kapal tanker yang mengangkut minyak Rusia. Tujuan utamanya adalah untuk membatasi pendapatan Moskow yang digunakan untuk mendanai konflik di Ukraina. Dengan sanksi ini, diperkirakan ekspor minyak Rusia akan mengalami penurunan drastis, terutama ke pasar-pasar utama seperti Tiongkok dan India. Para analis menyatakan bahwa hal ini akan mendorong kedua negara tersebut mencari alternatif pasokan dari wilayah lain, seperti Timur Tengah, Afrika, dan Amerika, yang dapat meningkatkan biaya pengiriman dan harga minyak secara keseluruhan.
Berdasarkan data dari RBC Capital, sanksi ini mencakup kapal-kapal yang terlibat dalam aktivitas ekspor minyak mentah Rusia hingga 1,5 juta barel per hari. Ini termasuk 750.000 barel per hari ke Tiongkok dan 350.000 barel per hari ke India. Para ahli menekankan bahwa pelipatgandaan jumlah kapal tanker yang dikenakan sanksi akan menjadi tantangan logistik bagi aliran minyak mentah setelah invasi. Selain itu, banyak kapal tanker yang disebutkan dalam sanksi ini telah digunakan untuk mengirim minyak ke Tiongkok dan India, serta minyak dari Iran yang juga terkena sanksi. Harry Tchilinguirian dari Onyx Capital Group menambahkan bahwa dampaknya akan sangat besar, terutama bagi India.
Peningkatan harga minyak ini menambah ketidakpastian pada prospek kuartal pertama tahun 2025. Sanksi terbaru ini tidak hanya mempengaruhi industri minyak Rusia tetapi juga memiliki implikasi luas bagi pasar global. Negara-negara importir utama seperti Tiongkok dan India harus mengevaluasi ulang strategi pasokan mereka, yang kemungkinan akan mempengaruhi dinamika harga dan logistik pengiriman di masa mendatang. Situasi ini menunjukkan betapa kompleksnya interaksi antara geopolitik dan pasar energi global.