Secara spesifik, tiga saham bank raksasa menjadi penekan terbesar IHSG. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) turun 13,4 indeks poin, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) sebanyak 11,6 indeks poin, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencapai 11,5 indeks poin. Ini menunjukkan pengaruh sektor keuangan yang cukup signifikan terhadap pergerakan IHSG.
Di sisi lain, IHSG berbalik karena investor mulai merealisasikan keuntungan setelah IHSG sudah kuat selama empat hari beruntun. Inflasi AS yang tumbuh sesuai dengan ekspektasi pasar juga memberikan dampak pada pergerakan IHSG. Semalam, Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan lalu tumbuh 2,7% tahunan dan 0,3% bulanan. Data IHK AS tersebut sudah sesuai dengan prediksi pasar sebelumnya.
Dengan tumbuhnya inflasi sesuai prediksi, pasar berharap bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan menurunkan suku bunga acuan pinjaman jangka pendeknya. Berdasarkan perangkat CME FedWatch, probabilitas pasar yang memperkirakan pemangkasan suku bunga lebih lanjut oleh The Fed pada pertemuan pekan depan hampir mencapai 100%, naik menjadi 98,6% dari sebelumnya sekitar 86% pada Selasa kemarin.
Ini menunjukkan bahwa kondisi inflasi dan prospek suku bunga memiliki pengaruh signifikan terhadap pergerakan pasar dan IHSG. Investor perlu memperhatikan perkembangan ini dalam mengambil keputusan investasi.