Pasar
IHSG Naik 1,33% dan Kembali ke 7.100, Saham Bank Menopang
2024-12-03
Jakarta, CNBC Indonesia – Pada perdagangan sesi I Selasa (3/12/2024), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan perkembangan yang positif. IHSG berhasil melonjak 1,33% dan mencapai posisi 7.140,44. Setelah kemarin mengalami sedikit koreksi ke level 7.040-an, IHSG kembali berada di level psikologis 7.100. Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini mencapai sekitar Rp 4,8 triliun dengan volume transaksi mencapai 9,3 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 611.390 kali. Secara sektoral, sektor teknologi menjadi penopang terbesar IHSG di sesi I hari ini, mencapai 2,76%. Sementara dari sisi saham, emiten perbankan raksasa seperti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) mendominasi penopang IHSG. Selain itu, emiten telekomunikasi PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) dan emiten teknologi PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) juga menjadi penopang IHSG masing-masing sebesar 12,8 indeks poin dan 9.3 indeks poin.
Perspekif Perubahan IHSG
Pasar tampaknya mulai optimis kembali setelah kemarin IHSG merana hingga menyentuh level psikologis 7.000. Prospek Desember yang cenderung cerah akibat adanya potensi fenomena window dressing membuat pasar semakin yakin IHSG dapat lebih stabil di Desember. Di lain sisi, ada sedikit kabar baik dari global, terutama dari Amerika Serikat (AS), di mana beberapa pejabat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mendukung langkah The Fed untuk kembali memangkas suku bunga acuannya di pertemuan terakhir The Fed di 2024. Gubernur The Fed, Christopher Waller, menyatakan dukungan untuk potensi pemotongan suku bunga lebih lanjut pada pertemuan The Fed Desember, dengan inflasi masih diproyeksikan turun ke target 2%. Pernyataan ini meningkatkan ekspektasi pasar bahwa pemotongan suku bunga akan terjadi, dengan peluang hampir 75%. Waller menekankan bahwa kebijakan tetap cukup ketat, dan pemotongan suku bunga tidak akan secara drastis mengubah pendekatan kebijakan moneter. Namun, keputusan akhir akan mempertimbangkan data terbaru terkait inflasi, lapangan kerja, dan pengeluaran konsumen sebelum pertemuan The Fed terakhir di tahun ini. “Kebijakan masih cukup restriktif sehingga pemotongan tambahan pada pertemuan berikutnya tidak akan secara drastis mengubah pendekatan kebijakan moneter dan memberi ruang yang cukup untuk memperlambat laju pemotongan suku bunga nantinya, jika diperlukan, untuk menjaga kemajuan menuju target inflasi kami,” kata Waller dalam simposium bank sentral yang diselenggarakan oleh American Institute for Economic Research.Sektor Teknologi sebagai Penopang
Sektor teknologi menjadi penopang utama IHSG di sesi I hari ini. Ini menunjukkan kepercayaan investor terhadap industri teknologi di masa depan. Teknologi memiliki potensi yang besar untuk mengubah berbagai sektor dan memberikan nilai tambah yang signifikan. Sektor ini sering menjadi fokus investasi saat pasar berada di kondisi stabil atau mengalami perkembangan positif. Dalam hal ini, sektor teknologi memberikan dukungan yang kuat kepada IHSG dan membantu menguatkan indeks tersebut.Emiten Perbankan Raksasa dan Dampaknya
Emiten perbankan raksasa seperti BMRI, BBCA, dan BBRI mendominasi penopang IHSG. Perbankan merupakan sektor yang penting dalam ekonomi dan memiliki pengaruh yang signifikan pada perkembangan pasar. Emiten perbankan ini memiliki posisi yang kuat di pasar dan dapat mempengaruhi indeks secara signifikan. Mereka memberikan stabilitas dan kepercayaan kepada investor. Perubahan dalam kondisi perbankan dapat mengarahkan arah perkembangan IHSG.Global dan Aspek Federal Reserve
Ada sedikit kabar baik dari global, terutama dari AS, di mana beberapa pejabat bank sentral AS mendukung langkah The Fed untuk kembali memangkas suku bunga. Gubernur The Fed, Christopher Waller, memberikan dukungan untuk pemotongan suku bunga lebih lanjut. Ini memiliki dampak yang signifikan pada pasar global termasuk IHSG di Indonesia. Pemotongan suku bunga dapat mengarahkan arah investasi dan memberikan keuntungan bagi investor. Namun, kebijakan tetap harus dipertimbangkan dengan baik dan mempertimbangkan data terkait inflasi, lapangan kerja, dan pengeluaran konsumen. Presiden The Fed Atlanta, Raphael Bostic, menyatakan bahwa hasil pertemuan tersebut belum pasti. Sedangkan Presiden The Fed New York, John Williams, tidak membahas keputusan Desember tetapi memperkirakan bahwa pemotongan suku bunga tambahan akan diperlukan “seiring waktu.” Perubahan kebijakan Federal Reserve dapat memberikan ketidakpastian bagi investor, tetapi juga memiliki peluang bagi perkembangan pasar.