Perselisihan antara Korea Utara dan Amerika Serikat (AS) terkait program senjata nuklir semakin memanas. Sementara Gedung Putih menekankan upaya denuklirisasi, pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, justru berkomitmen untuk memperkuat kapasitas nuklir negaranya. Program senjata nuklir yang dihembuskan oleh PBB ini tetap menjadi isu utama yang mengganggu hubungan dengan Korea Selatan. Meski telah ada pertemuan-pertemuan antara Trump dan Kim, namun tidak ada kemajuan signifikan dalam hal pengurangan senjata.
Menanggapi situasi ini, Gedung Putih melalui seorang pejabatnya menyampaikan bahwa Presiden Donald Trump menetapkan tujuan utamanya adalah mencabut seluruh persenjataan, termasuk bom nuklir, dari Korea Utara. Tujuan ini bertentangan langsung dengan rencana yang disuarakan oleh Kim Jong-un. Pada tahun 2025, Kim berjanji akan menjadi titik penting bagi peningkatan kekuatan nuklir Korea Utara sesuai dengan agenda pengembangan militer lima tahun yang ditetapkan pada 2021. Dia juga menekankan bahwa semua usaha lain harus diprioritaskan untuk memajukan martabat dan kepentingan nasional, khususnya dalam produksi bahan nuklir tingkat senjata dan penguatan pertahanan nuklir.
Korea Utara secara aktif memperluas kapabilitas rudal balistik dan senjata nuklirnya. Negara ini meyakini langkah tersebut sebagai tindakan preventif terhadap ancaman dari AS dan sekutunya. Dalam kunjungannya ke Institut Senjata Nuklir dan lokasi produksi material nuklir, Kim menunjukkan komitmennya terhadap program ini. Foto-foto peristiwa tersebut dirilis oleh Korean Central News Agency (KCNA), lembaga resmi Korea Utara.
Berbagai pihak, termasuk pemimpin AS dan Korea Selatan, telah memberikan peringatan keras bahwa serangan nuklir oleh Pyongyang akan membawa akhir bagi rezim Kim Jong-un. Namun, tantangan besar masih menanti kedua belah pihak dalam mencari solusi yang dapat mendinginkan ketegangan ini.