Di tengah-tengah kisah ini, muncul sosok Jefri, seorang siswa yang diperankan oleh Omara Esteghlal. Ia bukan hanya menjadi ancaman bagi Edwin tetapi juga bagi seluruh komunitas sekolah. Jefri dan kelompoknya sering kali menggunakan senjata tajam, menciptakan suasana ketidakpastian dan ketakutan. Namun, di balik kekuasaan Jefri, ada harapan yang tak pernah padam. Edwin percaya bahwa setiap siswa memiliki potensi untuk berubah, termasuk mereka yang terlibat dalam aksi kekerasan.
Melalui pendekatan yang unik, Edwin berusaha memahami latar belakang dan motivasi di balik perilaku Jefri. Dia sadar bahwa kekerasan bukanlah solusi dan berkomitmen untuk mencari cara lain yang lebih positif. Dalam prosesnya, Edwin menghadapi dilema antara melindungi diri sendiri dan membantu siswa-siswa yang membutuhkan bimbingan. Dia yakin bahwa pendidikan dapat menjadi jalan keluar dari lingkaran kekerasan yang tak berujung.
SMA Duri Jakarta adalah tempat di mana norma-norma pendidikan biasa dipatahkan. Di sini, guru seperti Edwin harus berperan ganda: sebagai pendidik dan pelindung. Tantangan ini semakin berat karena lingkungan sekolah yang penuh tekanan. Meski demikian, Edwin tidak pernah menyerah. Dia terus mencari metode baru untuk menjangkau siswa-siswanya, termasuk mereka yang terlibat dalam kekerasan. Dia percaya bahwa setiap siswa memiliki cerita dan latar belakang yang berbeda, yang perlu dipahami agar bisa dibantu secara efektif.
Salah satu strategi yang digunakan Edwin adalah mendirikan program bimbingan khusus. Program ini bertujuan untuk memberikan dukungan psikologis kepada siswa yang mengalami trauma akibat kekerasan. Melalui sesi-sesi diskusi dan pelatihan keterampilan hidup, Edwin berharap bisa membantu siswa-siswanya menemukan jati diri mereka dan mengembangkan potensi yang terpendam. Dia yakin bahwa pendidikan bukan hanya tentang pengetahuan akademik, tetapi juga tentang mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi tantangan kehidupan.
Kehadiran Edwin di SMA Duri Jakarta membawa angin segar bagi banyak pihak. Para siswa mulai merasakan perubahan positif dalam diri mereka. Meskipun tantangan masih ada, semangat untuk belajar dan berkembang semakin meningkat. Edwin berhasil menciptakan lingkungan yang lebih aman dan mendukung. Dia tidak hanya fokus pada aspek akademik, tetapi juga pada pembentukan karakter dan etika moral siswa-siswanya.
Dengan pendekatan humanis, Edwin membuktikan bahwa pendidikan bisa menjadi alat perubahan yang kuat. Dia menunjukkan bahwa setiap siswa memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas, terlepas dari latar belakang atau kondisi mereka. Dalam prosesnya, Edwin juga membangun jejaring dengan pihak-pihak terkait, seperti orang tua siswa, pemerintah lokal, dan organisasi non-pemerintah. Kerja sama ini membuka peluang untuk pengembangan program-program pendidikan yang lebih luas dan berkelanjutan.