Gaya Hidup
Negara Korea Utara: Hukum Mati bagi Warga yang Merayakan Natal
2024-12-19
Natal merupakan perayaan yang diharapkan oleh umat Kristiani setiap tahun. Namun, di Korea Utara, perayaan Natal tidak dapat dinikmati oleh warga. Umat Kristiani di sana diancam hukuman mati karena negara melarang mereka memeluk agama. Ideologi Juche di Korea Utara membuat penduduknya menjadi atheis, meskipun ada warga yang tetap mempraktekkan ritual keagamaan secara diam-diam.

Peristiwa di Pyongyang

Di Pyongyang, pohon yang dihiasi pernak-pernik dan lampu Natal dapat ditemukan, tetapi warga tidak menyadari konotasi perayaan tersebut. Sejarah menunjukkan bahwa Korea Utara pernah menjadi negara Kristen sebelum Perang Korea pecah. Namun, saat ini, gereja Kristen di Korea Utara hanya digunakan sebagai tempat kunjungan turis dan tidak bisa dikunjungi warga biasa.

Pengalaman Kang Jimin

Kang Jimin, seorang pembelot Korea Utara, mengaku tidak mengetahui tentang Natal saat tinggal di Ibu Kota Pyongyang. Dia berkata, "Natal adalah hari kelahiran Yesus Kristus tetapi Korea Utara merupakan negara komunis sehingga orang tidak mengetahui siapa Yesus Kristus. Mereka tidak tahu siapa Tuhan. Keluarga Kim adalah Tuhan mereka." Dia juga mendengar tentang sebuah keluarga Kristen yang diculik polisi dan semua anggota meninggal, termasuk anak-anak.

Gereja di Korea Utara

NKDB memperkirakan terdapat 121 fasilitas keagamaan di Korea Utara, termasuk 64 kuil Buddha, 52 kuil Cheondoist, dan lima gereja Kristen yang dikendalikan negara. Namun, bentuk gereja di Korea Utara sangat berbeda dengan gereja pada umumnya. Gereja di sana hanya digunakan sebagai tempat kunjungan turis dan tidak digunakan untuk ibadah.Menurut Kang, jika seseorang beragama Kristen di Korea Utara, dia akan diancam dengan konsekuensi berat. "Anda tidak bisa mengatakan bahwa Anda beragama Kristen. Jika Anda melakukannya, mereka akan membawa Anda ke kamp penjara," katanya.
More Stories
see more