Pada sesi perdagangan pertama Senin (6/1/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan setelah dua hari bergerak positif di awal tahun 2025. Meski sempat mencoba untuk naik di awal, IHSG akhirnya melemah 0,73% ke level 7.112,33. Nilai transaksi mencapai sekitar Rp 4,2 triliun dengan lebih dari 14 miliar saham yang ditransaksikan. Sektor transportasi dan keuangan menjadi penekan utama, sementara pasar menanti sentimen dari FOMC The Fed dan Non-Farm Payrolls AS. Fenomena January Effect masih dinantikan, namun arus dana asing yang masih outflow membuat probabilitas kenaikan cenderung rendah.
Berbagai faktor mempengaruhi penurunan IHSG pada sesi perdagangan pertama Senin ini. Tiga saham perbankan besar, termasuk PT Bank Mandiri, PT Bank Rakyat Indonesia, dan PT Bank Central Asia, menjadi kontributor utama dalam menekan indeks. Emiten telekomunikasi seperti PT Telkom Indonesia juga berkontribusi signifikan terhadap penurunan tersebut. Transaksi mencapai nilai tinggi dengan lebih dari 14 miliar saham yang dipertukarkan, menunjukkan aktivitas pasar yang cukup ramai meskipun secara keseluruhan IHSG melemah.
Saham-saham perbankan seperti PT Bank Mandiri (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI), dan PT Bank Central Asia (BBCA) menjadi penekan utama dengan total penurunan hingga belasan indeks poin. Emiten telekomunikasi PT Telkom Indonesia (TLKM) juga berkontribusi dalam penurunan dengan beban sebesar 8 indeks poin. Aktivitas transaksi yang tinggi mencerminkan volatilitas pasar, meskipun secara umum IHSG merosot. Hal ini menunjukkan bahwa investor masih ragu tentang stabilitas ekonomi di awal tahun 2025, terutama dengan sentimen global yang tidak pasti.
Faktor lain yang mempengaruhi performa IHSG adalah ekspektasi terhadap fenomena January Effect dan sentimen global. Pasar menantikan hasil pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) dari The Fed yang akan membahas keputusan suku bunga. Selain itu, data Non-Farm Payrolls (NFP) AS untuk Desember juga menjadi perhatian, dengan proyeksi penurunan lapangan kerja dibandingkan bulan November. Meski ada harapan untuk January Effect, arus dana asing yang masih keluar menandakan probabilitas kenaikan cenderung rendah.
Sentimen global, termasuk ekspektasi terhadap kebijakan moneter AS dan kondisi pasar tenaga kerja, memiliki dampak signifikan terhadap performa IHSG. Pertemuan FOMC The Fed pada Kamis mendatang akan memberikan petunjuk tentang kemungkinan perubahan suku bunga, yang dapat mempengaruhi arus modal masuk atau keluar dari pasar saham Indonesia. Data NFP AS untuk Desember diperkirakan menunjukkan penurunan lapangan kerja, yang bisa berdampak negatif pada investasi. Meski fenomena January Effect biasanya memberikan dorongan positif pada harga saham di awal tahun, arus dana asing yang masih outflow menunjukkan bahwa peluang kenaikan IHSG masih tipis. Ini mencerminkan siklus pergerakan saham yang telah berlangsung selama empat bulan terakhir, di mana IHSG cenderung turun secara konsisten.