Di Surabaya, hidup Hanif (Hana Malasan) dan Isti (Yasamin Jasem) berterusan setelah ayah ibu mereka meninggal akibat kecelakaan di rumah di Solo, Jawa Tengah. Hanif bekerja sebagai penjahit, sementara Isti sedang kuliah dan berharap menjadi sarjana. Namun, suatu hari, peristiwa serius terjadi. Bulik Saidah (Brilliana Arfira) menghubungi Hanif dan memberitahu bahwa Pakde Khair (Egi Fedly) sedang dalam keadaan sakratul maut. Setelah 10 tahun meninggalkan kampung, tanpa pilihan lain, Hanif dan Isti harus berangkat. Ketika mereka tiba di rumah, mereka melihat Pakde Khair yang kurus dan pucat, dengan wajahnya penuh dengan rasa mati terletak di ranjang. Akhirnya, maut menjemput Khair. Saat akan pergi ke pemakaman, Isti merasa pusing dan tak tenang. Saidah meminta Hanif dan Isti tinggal di rumah itu hingga pengajian 7 hari almarhum selesai. Sejak itu, berbagai kejadian aneh dan mengesankan mulai terjadi. Kisah Sorop: Perjalanan Hidup di Surabaya
Kisah Awal
Hanif dan Isti, adik beradik, harus menghadapi tragedi saat ayah ibu mereka meninggal. Hanif bekerja sebagai penjahit untuk memenuhi kebutuhan hidup, sementara Isti terus belajar di perguruan tinggi dengan harapan menjadi sarjana. Namun, kehidupan mereka berubah seketika ketika menerima kabar tentang Pakde Khair.
Setelah 10 tahun meninggalkan kampung, mereka harus kembali ke Surabaya untuk menghadapi situasi yang sangat sulit. Ketika mereka tiba di rumah, melihat kondisi Pakde Khair seperti itu membuat mereka merasa sedih dan tak yakin apa yang harus mereka lakukan.
Kehidupan Setelah
Setelah mengadakan pengajian 7 hari almarhum, kehidupan Hanif dan Isti tetap penuh dengan tantangan. Mereka harus menghadapi berbagai masalah di rumah, seperti kebersihan, kebutuhan makanan, dan emosi yang melanda. Namun, mereka tetap berjuang untuk terus hidup dan berharap bahwa hari-hari berikutnya akan lebih baik.
Hanif dan Isti mulai mencari cara untuk mengatur hidup mereka di Surabaya. Mereka belajar untuk bekerja keras dan bertanggung jawab. Mereka juga mulai berinteraksi dengan tetangga-tetangga di sekitar rumah dan mendapatkan bantuan dari mereka.
Kehidupan Selanjutnya
Dalam perjalanan hidup mereka, Hanif dan Isti menemukan keberanian dan keberanian untuk menghadapi segala yang datang. Mereka belajar untuk menerima peristiwa yang tidak diinginkan dan menggunakan keberanian untuk mengubah hidup mereka.
Setelah melalui banyak peristiwa, Hanif dan Isti mulai memiliki harapan untuk masa depan. Mereka berencana untuk melanjutkan pendidikan dan karier mereka. Mereka juga berharap dapat menemukan kebahagiaan di Surabaya.