Berita
AS Mengadakan Pengujian Plutonium Tua untuk Evaluasi Senjata Nuklir
2025-01-31

Pemerintah Amerika Serikat (AS) berencana mengadakan serangkaian pengujian nuklir subkritis pada musim semi ini. Tujuan utamanya adalah mengevaluasi plutonium yang telah bertahun-tahun digunakan dalam senjata nuklir, memastikan bahwa material tersebut masih dapat diandalkan. Pengujian ini dilakukan sebagai bagian dari proyek rahasia bernama Cygnus dan akan dilaksanakan di fasilitas US PULSE di Nevada. Meskipun pengujian ini bukan uji coba bom nuklir skala penuh, namun tetap menjadi isu penting di tengah situasi global saat ini.

Evaluasi Kondisi Plutonium Berusia Puluhan Tahun

Para ilmuwan AS berusaha memahami dampak penuaan pada plutonium yang telah digunakan dalam persenjataan nuklir sejak beberapa dekade lalu. Mereka mencari tahu apakah plutonium tersebut telah mengalami degradasi struktural akibat peluruhan radioaktif. Hasil evaluasi ini sangat penting bagi keandalan senjata nuklir AS.

Plutonium yang digunakan dalam senjata nuklir AS sebagian besar diproduksi puluhan tahun lalu. Seiring waktu, plutonium meluruh secara radioaktif dan melepaskan atom helium, yang bisa membentuk gelembung dan merusak struktur logamnya. Hal ini berpotensi mempengaruhi kinerja material dan memicu kerusakan signifikan. Para ilmuwan Laboratorium Nasional Lawrence Livermore telah menyoroti masalah ini, menunjukkan bahwa evaluasi kondisi plutonium sangat diperlukan untuk memastikan keamanan dan efektivitas senjata nuklir AS.

Pengujian Subkritis dan Dampak Terhadap Perjanjian Internasional

Uji coba subkritis ini dirancang untuk menghindari reaksi nuklir yang berkelanjutan, sehingga tidak melanggar Perjanjian Larangan Uji Coba Nuklir Komprehensif (CTBT). Meski begitu, pengujian ini tetap menimbulkan perhatian karena potensi dampak terhadap stabilitas global dan dinamika senjata nuklir.

Pengujian dengan nama sandi "Nob Hill" akan dilakukan di fasilitas US PULSE di Nevada. Tim Beller, seorang pakar yang memimpin pengujian ini, menegaskan bahwa ledakan yang dihasilkan akan sangat kecil dan tidak akan ada risiko reaksi nuklir tak terkendali. Namun, diskusi tentang uji coba nuklir muncul di tengah kebangkitan senjata nuklir global. Hans Kristensen dari Federasi Ilmuwan Amerika memperingatkan bahwa risiko dari pengujian ini tetap signifikan. AS sendiri belum melakukan uji coba nuklir skala penuh sejak 1992, dan sejak itu mengandalkan simulasi komputer serta uji subkritis untuk memantau kondisi senjata nuklirnya.

More Stories
see more