Pasar
Kebangkrutan Sritex: Akhir Sebuah Era dan Tantangan Baru bagi Industri Tekstil Indonesia
2024-11-03
Industri tekstil Indonesia mengalami guncangan besar dengan pengumuman kebangkrutan PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL), atau yang lebih dikenal sebagai Sritex. Perusahaan raksasa ini, yang selama puluhan tahun menjadi pemain utama di sektor ini, dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri (PN) Niaga Semarang. Keputusan ini menandai akhir dari sebuah era dan membuka pertanyaan tentang masa depan industri tekstil nasional.
Jatuhnya Raksasa Tekstil Indonesia
Awal Kebangkrutan Sritex
Pengadilan Negeri (PN) Niaga Semarang telah menyatakan pailit PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex beserta 3 anak usahanya, yaitu PT Sinar Pantja Djaja, PT Bitratex Industries, dan PT Primayudha Mandirijaya. Keputusan ini didasarkan pada kegagalan Sritex dalam memenuhi kewajiban pembayaran utangnya.Pemohon pailit adalah PT Indo Bharat Rayon (IBR), sebuah perusahaan yang tercatat sebagai kreditur Sritex. Berdasarkan laporan keuangan per Juni 2024, Sritex memiliki sisa utang sebesar Rp101,31 miliar kepada IBR, yang merupakan 0,38% dari total liabilitas Sritex.Konflik Pembayaran Utang
Menurut dokumen, IBR merasa tidak menerima pembayaran kewajiban Grup Sritex berdasarkan Putusan Homologasi sejak Juli 2023. Pembayaran tersebut seharusnya dilakukan secara cicilan bulanan atau dilunasi secara penuh pada tanggal jatuh tempo.Namun, Sritex berpendapat bahwa ketentuan tersebut tidak bersifat kumulatif dan bahwa Grup Sritex telah melakukan sejumlah pembayaran yang melebihi ketentuan minimum yang ditetapkan dalam Putusan Homologasi.Profil Indo Bharat Rayon
Indo Bharat Rayon (IBR) adalah perusahaan yang didirikan pada tahun 1980 dan mengklaim dirinya sebagai pionir pembuat serat buatan atau viscose staple fibre (VSF) di Indonesia. Perusahaan ini memiliki pabrik di Purwakarta, Jawa Barat, yang mulai berproduksi secara komersial pada tahun 1986 dengan kapasitas 16.500 ton per tahun. Saat ini, utilisasi pabrik tersebut telah mencapai 200.000 ton per tahun.IBR merupakan bagian dari Aditya Birla Group, sebuah konglomerasi asal India yang memiliki beberapa portofolio di Indonesia, selain IBR, seperti PT Elegant Textile Industry, PT Indo Liberty Textiles, PT Indo Raya Kimia, dan PT Sunrise Bumi Textiles.Sejarah Panjang Sritex
Sritex adalah perusahaan tekstil raksasa yang telah berdiri selama puluhan tahun dan menjadi salah satu pemain utama di industri ini di Indonesia. Perusahaan ini telah melalui pasang surut, namun akhirnya harus menghadapi kebangkrutan yang mengejutkan banyak pihak.Kebangkrutan Sritex menandai akhir dari sebuah era dalam industri tekstil Indonesia. Peristiwa ini akan memberikan dampak yang signifikan bagi ekosistem industri, baik bagi pemasok, mitra, maupun konsumen. Pertanyaan besar yang muncul adalah bagaimana industri tekstil nasional akan bangkit dari keterpurukan ini dan menemukan jalan menuju kebangkitan.