Pasar
Kembalinya Trump Bisa Tekan Rupiah, Ini Prediksi Ekonom
2024-11-11
Kemenangan Donald Trump dalam Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) 2024 memberikan sentimen negatif bagi pasar keuangan global, termasuk Indonesia. Hal ini dikhawatirkan akan menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Berbagai ekonom pun telah memperkirakan dampak yang akan terjadi.
Lindung Nilai Mata Uang Jadi Solusi Antisipasi Gejolak Kurs
Sentimen Negatif Pasar Keuangan
Kembalinya Trump ke kursi kepresidenan AS dianggap memberikan sentimen negatif bagi pelaku pasar keuangan. Hal ini dikarenakan kebijakan ekonomi Trump yang cenderung proteksionis dan mempertahankan suku bunga acuan bank sentral AS yang tinggi. Kondisi ini dikhawatirkan akan menekan tren penurunan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) ke depan.Menurut Itang Rusdinar, Division Head Treasury Business PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), pasar keuangan cenderung akan bersikap "risk off" atau menghindari risiko dengan adanya kemenangan Trump. Hal ini karena kebijakan ekonomi Trump dinilai dapat mempengaruhi perekonomian global, termasuk Indonesia.Potensi Pelemahan Rupiah
Dampak dari sentimen negatif pasar keuangan tersebut diperkirakan akan menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Berbagai ekonom memperkirakan, pada tahun depan, kurs rupiah terhadap dolar AS akan berada pada kisaran Rp 15.300-Rp 15.800 per dolar AS.Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo juga telah menyampaikan pandangan mereka terkait dampak kembalinya Trump sebagai Presiden AS. Mereka menyatakan, penguatan dolar AS dan kenaikan suku bunga acuan The Fed akan menekan nilai tukar rupiah dan aliran modal asing ke Indonesia.Strategi Lindung Nilai
Untuk mengantisipasi gejolak kurs, Itang menyarankan agar para pemegang dolar AS segera melakukan lindung nilai atau hedging. Hal ini dilakukan untuk memitigasi potensi volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ke depan.Itang menjelaskan, ada berbagai instrumen lindung nilai yang dapat digunakan, seperti fixed hedging maupun Dynamic Non-Deliverable Forward (DNDF). Menurutnya, DNDF merupakan instrumen yang memiliki risiko relatif lebih rendah karena bersifat netting, sehingga dapat menjadi solusi bagi pelaku pasar untuk mengantisipasi fluktuasi kurs.Dengan adanya strategi lindung nilai, Itang berharap pelaku pasar dapat meminimalisir dampak negatif dari kembalinya Trump sebagai Presiden AS terhadap nilai tukar rupiah. Hal ini penting dilakukan untuk menjaga stabilitas perekonomian Indonesia di tengah ketidakpastian global.