Pasar
Pasar Modal Indonesia Tertekan Ketidakpastian Pilpres AS dan Perlambatan Ekonomi Domestik
2024-11-06
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mengalami koreksi pada akhir perdagangan sesi I Rabu (6/11/2024), di tengah sikap wait and see investor terkait Pilpres Amerika Serikat (AS) dan perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 5,3 triliun dengan melibatkan 13 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 732.276 kali.
Ketidakpastian Pilpres AS Menekan Sentimen Pasar
Pemilu AS Masih Berlangsung
Pemilu Presiden AS telah berlangsung pada Selasa kemarin, namun proses penghitungan suara masih terus berlanjut setelah jajak pendapat ditutup pukul 18.00 waktu bagian timur AS. Sistem pemilihan di AS tidak melibatkan pemilih yang memilih pemimpin secara langsung, melainkan 538 anggota kelompok yang dikenal sebagai electoral college yang bertugas untuk memilih presiden dan wakil presiden.Mengingat persaingan dua kandidat capres AS yang sangat ketat, proses penentuan pemenang bisa memakan waktu berhari-hari sebelum akhirnya diumumkan. Hal ini tercermin dari pengalaman pada Pilpres 2020 lalu, di mana media AS baru menyatakan kemenangan kandidat Partai Demokrat, Joe Biden, pada tanggal 7 November, meskipun pemungutan suara ditutup empat hari sebelumnya.Investor Menunggu Kepastian Hasil Pilpres AS
Ketidakpastian terkait hasil Pilpres AS telah menyebabkan investor di pasar modal Indonesia menunjukkan sikap wait and see. Mereka cenderung menahan diri untuk melakukan transaksi saham hingga ada kepastian mengenai siapa yang akan menjadi presiden baru Amerika Serikat.Kondisi ini tercermin dari pergerakan IHSG yang terkoreksi 0,41% ke posisi 7.461,54 pada sesi I perdagangan hari ini. Investor masih mempertahankan IHSG di level psikologis 7.400 hingga sesi I hari ini. Hal ini menunjukkan bahwa pasar modal Indonesia masih dibayangi oleh ketidakpastian terkait hasil Pilpres AS.Sektor Keuangan Menjadi Penekan Terbesar IHSG
Secara sektoral, sektor keuangan menjadi penekan terbesar IHSG di sesi I hari ini, dengan penurunan mencapai 0,87%. Empat emiten perbankan raksasa, termasuk PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), menjadi kontributor utama pelemahan IHSG pada sesi perdagangan pagi ini.Hal ini menunjukkan bahwa investor masih bersikap hati-hati terhadap saham-saham sektor keuangan, khususnya perbankan, di tengah ketidakpastian yang menyelimuti pasar modal Indonesia saat ini.Prospek Ekonomi Indonesia Menjadi Perhatian Investor
Selain faktor Pilpres AS, investor juga memperhatikan perkembangan ekonomi Indonesia yang mengalami perlambatan pada kuartal III-2024. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa produk domestik bruto (PDB) RI pada kuartal III-2024 hanya tumbuh 4,95% secara tahunan (year-on-year/yoy), merupakan capaian pertumbuhan terendah dalam satu tahun terakhir.Perlambatan ekonomi ini terutama disebabkan oleh melemahnya konsumsi rumah tangga Indonesia, yang hanya tumbuh 4,91% yoy. Padahal konsumsi menyumbang 53,08% terhadap total PDB Indonesia. Pertumbuhan konsumsi pada kuartal III juga di bawah data historisnya yakni 5%.Kondisi ini menjadi sinyal bahwa permintaan di dalam negeri sedang tidak dalam kondisi yang baik. Hal ini tentunya menjadi perhatian bagi investor, terutama di tengah transisi kepemimpinan baru di Indonesia dengan terpilihnya Prabowo Subianto sebagai presiden.Prospek Ekonomi Indonesia di Bawah Kepemimpinan Prabowo
Perlambatan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2024 menjadi permulaan yang kurang baik bagi Presiden Prabowo Subianto di awal masa pemerintahannya. Terlebih, konsumsi rumah tangga merupakan mesin utama penggerak pertumbuhan ekonomi Indonesia.Dengan konsumsi rumah tangga yang melambat, Prabowo dan kabinet barunya akan menghadapi tantangan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah kondisi permintaan yang kurang kondusif. Upaya-upaya untuk meningkatkan daya beli masyarakat dan mendorong investasi akan menjadi fokus utama pemerintahan Prabowo dalam memulihkan ekonomi Indonesia.Investor akan memantau dengan seksama langkah-langkah yang diambil oleh pemerintahan Prabowo dalam mengatasi perlambatan ekonomi ini. Keberhasilan Prabowo dalam mengembalikan momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia akan menjadi faktor penting yang mempengaruhi sentimen pasar modal di masa mendatang.