Pasar
Sritex Terancam Delisting: Kisah Bangkrutnya Raksasa Tekstil Indonesia
2024-10-30
Kabar mengejutkan datang dari industri tekstil Indonesia. PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL), atau yang lebih dikenal dengan nama Sritex, dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri (PN) Niaga Semarang. Putusan ini menjadi pukulan telak bagi perusahaan yang selama ini dikenal sebagai salah satu pemain besar di industri tekstil nasional.
Sritex Terancam Delisting, Investor Waspada
Sritex Dinyatakan Pailit oleh Pengadilan Niaga Semarang
Berdasarkan putusan PN Niaga Semarang, Sritex bersama tiga anak usahanya, yaitu PT Sinar Pantja Djaja, PT Bitratex Industries, dan PT Primayudha Mandirijaya, dinyatakan lalai dalam memenuhi kewajiban pembayaran kepada PT Indo Bharat Rayon (IBR) selaku pemohon. Putusan ini juga membatalkan Putusan Pengadilan Niaga Semarang sebelumnya terkait Pengesahan Rencana Perdamaian (Homologasi) yang diajukan Sritex.Sritex dan tiga anak usahanya saat ini telah mengajukan kasasi terkait putusan pailit tersebut. Namun, jika putusan pailit ini tetap berlaku, maka Sritex terancam akan dihapus dari daftar perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) atau delisting.Utang Sritex kepada PT Indo Bharat Rayon
Dalam keterbukaan informasi, Sritex mengungkapkan bahwa PT Indo Bharat Rayon (IBR) merupakan salah satu kreditur perusahaan. Berdasarkan laporan keuangan per Juni 2024, Sritex memiliki sisa utang sebesar Rp101,31 miliar kepada PT IBR, atau sekitar 0,38% dari total liabilitas Sritex.PT IBR sendiri merupakan bagian dari Aditya Birla Group, sebuah konglomerasi asal India yang memiliki beberapa portofolio di Indonesia, seperti PT Elegant Textile Industry, PT Indo Liberty Textiles, PT Indo Raya Kimia, dan PT Sunrise Bumi Textiles.Profil PT Indo Bharat Rayon
Menurut informasi yang dihimpun, PT Indo Bharat Rayon (IBR) didirikan pada tahun 1980 dan mengklaim dirinya sebagai pionir pembuat serat buatan atau viscose staple fibre (VSF) di Indonesia. Perusahaan ini memiliki pabrik di Purwakarta, Jawa Barat, yang mulai berproduksi secara komersial pada tahun 1986 dengan kapasitas 16.500 ton per tahun. Saat ini, utilisasi pabrik tersebut telah mencapai 200.000 ton per tahun.Kisah Sukses Aditya Birla Group
Di balik keberhasilan Aditya Birla Group dalam mendirikan konglomerasi, terdapat peran penting Ghanshyam Das Birla, yang tercatat sebagai pendiri. Birla memulai bisnisnya sebagai pedagang katun, kemudian memperluas ke berbagai sektor, seperti aluminium, semen, industri bahan kimia, dan tersebar di 24 negara.Aditya Birla Group saat ini memiliki beragam portofolio di Indonesia, termasuk PT IBR, yang menjadi salah satu kreditur Sritex. Kehadiran Aditya Birla Group di Indonesia menunjukkan besarnya potensi dan daya tarik industri tekstil di negara ini.