Pasar
IHSG Dibuka Lesu Pagi, Turun 0,13% di Jakarta
2024-12-10
Pada hari Selasa (10/12/2024), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka dengan kondisi yang kurang memuaskan. Saat tanda pembukaan berbunyi, IHSG langsung masuk ke zona merah dan mulai mengalami pelemahan hingga mencapai 0,13% dan berada di posisi 7427,90. Momentum pelemahan terus berlanjut, dan lima menit setelah pembukaan, indeks melanjutkan pelemahan menjadi 0,14% dan masih berada di level 7400 an. Hal ini menunjukkan adanya tekanan pada pasar saham.
Analisis Pergerakan IHSG dan Dampak Faktor-faktor
Pengaruh Ekspor dan Impor China
Penurunan IHSG di pagi ini sangat terkait dengan tekanan yang datang dari berbagai faktor global. Salah satunya adalah rilis data perdagangan China periode November 2024 yang diproyeksikan melambat. Konsensus memperkirakan ekspor China hanya tumbuh 8,5% secara tahunan (year-on-year/yoy), melambat dari 12,7% pada Oktober. Sedangkan impor diprediksi pulih tipis dengan kenaikan 0,3% setelah sebelumnya terkontraksi 2,3%. Perlambatan ini menjadi perhatian karena China merupakan mitra dagang utama Indonesia. Jika permintaan dari Negeri Tirai Bambu menjadi lesu, maka hal ini dapat memberikan dampak negatif bagi perekonomian domestik. Selain itu, inflasi di China juga menunjukkan tren melemah, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) hanya naik 0,2% (yoy) pada November, meleset dari ekspektasi. Hal ini menunjukkan adanya ketidakstabilan ekonomi di China.Data Penjualan Ritel di Indonesia
Selain faktor-faktor global, data penjualan ritel di Indonesia juga menjadi perhatian. Data penjualan ritel Oktober 2024 yang akan dirilis Bank Indonesia (BI) turut menjadi perhatian. Pada September, penjualan ritel tercatat tumbuh 4,8% (yoy), melambat dari bulan sebelumnya yang mencapai 5,8%. Ini menandai bulan kelima berturut-turut adanya peningkatan dalam omset ritel, tetapi pertumbuhannya mulai menurun. Penjualan terutama meningkat untuk makanan (6,9% vs 8,0% pada Agustus), bahan bakar (8,1% vs 4,3%), pakaian (0,5% vs 2,7%), dan suku cadang & aksesori otomotif (3,5% vs 1,4%). Namun, untuk Oktober, pasar memperkirakan pertumbuhan ritel hanya sebesar 1,0% secara tahunan. Secara bulanan, penjualan ritel turun 2,5% pada September, berbalik dari kenaikan 1,7% pada Agustus. Hal ini menunjukkan adanya perubahan dalam pola belanja masyarakat di Indonesia.Dinamika Aksi Korporasi
Aksi korporasi besar juga memberikan dinamika tersendiri. Hari ini merupakan hari terakhir Penawaran Umum Pemegang Saham (PUPS) PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI). Sebelumnya, terjadi transaksi besar di pasar negosiasi senilai Rp 32,9 triliun yang melibatkan 55,2 juta lot saham pada harga Rp 5.960 per lembar. Jika seluruh pemegang saham menggunakan haknya, nilai transaksi diperkirakan mencapai Rp 41,7 triliun. Hal ini menunjukkan adanya aktivitas besar di pasar saham. Namun, sentimen dari perlambatan ekonomi China, data ritel domestik yang moderat, serta dinamika aksi korporasi akan menjadi penggerak utama yang mewarnai pergerakan indeks sepanjang hari ini.CNBC INDONESIA RESEARCH(mkh/mkh)Saksikan video di bawah ini:Video: IHSG Kembali Menguat, Balik ke Level 7.100-anNext ArticlePotret Euforia IHSG Kembali ke 7.300-an