Terpantau hampir seluruh sektor berada di zona merah, kecuali properti yang masih mampu menguat. Energi menjadi sektor yang paling parah koreksinya dan menjadi penekan IHSG, mencapai 1,07%. Sementara itu, tiga emiten perbankan raksasa yaitu PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) juga membebani IHSG. BMRI mencapai 15,6 indeks poin, BBCA sebesar 11,5 indeks poin, dan BBRI sebesar 10,2 indeks poin.
Perkembangan sektor dan emiten perbankan ini memberikan gambaran tentang kondisi pasar saham. Kondisi ini memicu perhatian investor dan mempengaruhi pergerakan IHSG secara keseluruhan.
Pasar menanti rilis data ekonomi dan agenda penting di global dan dalam negeri pada pekan ini. Salah satu acara penting adalah Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang akan diselenggarakan pada Rabu, 27 November 2024. Sebanyak 545 daerah akan menggelar Pilkada serentak.
Global Markets Economist Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto, mengatakan bahwa pengaruh momen Pilkada terhadap IHSG cenderung minim. Kondisi sosial politik dalam negeri relatif stabil, sehingga yang terjadi pada rupiah cenderung dipengaruhi faktor eksternal.
Selain itu, pada esok hari perlu diperhatikan angka inflasi pengeluaran pribadi masyarakat AS atau PCE. Konsensus menilai PCE periode Oktober 2024 akan meningkat menjadi 2,3% (year-on-year/yoy), lebih tinggi dari periode September 2024 yang tercatat 2,1% yoy. Jika hal ini terjadi, maka bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) mungkin lebih ragu untuk memangkas suku bunganya pada pertemuan bulan depan.
Di global, notulen dari pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) November akan dirilis. Hal ini menjadi petunjuk lebih lanjut mengenai pandangan The Fed terkait proyeksi suku bunga. Kondisi saat ini masih penuh ketidakpastian apakah suku bunga akan diturunkan lebih lanjut pada pertemuan Desember.
Penurunan tekanan harga yang signifikan dalam PMI Flash AS S&P Global terbaru membuka kemungkinan penurunan lebih lanjut suku bunga, meskipun percepatan pertumbuhan menimbulkan pertanyaan tentang kebutuhan segera untuk melonggarkan kebijakan.