Dalam tradisi Islam, salat memiliki makna yang mendalam dan posisi yang sangat penting. Dikenal sebagai rukun kedua setelah syahadat, salat merupakan ibadah yang memperkuat ikatan antara manusia dan penciptanya. Sebagai tiang agama, salat menjadi tolak ukur kesucian hati dan keimanan seseorang. Umar bin Khattab pernah mengingatkan para gubernurnya bahwa menjaga salat adalah kunci menjaga agama. Imam Ahmad juga menekankan bahwa kualitas salat mencerminkan kualitas iman seseorang.
Selain itu, salat adalah amalan pertama yang akan dihisab pada hari kiamat. Hadis dari Abu Hurairah menjelaskan bahwa jika salat baik, maka hamba tersebut beruntung. Namun, jika salatnya rusak, dia akan merugi. Allah juga akan melihat apakah ada salat sunnah yang dapat menyempurnakan salat wajib yang kurang. Ini menunjukkan betapa vitalnya salat dalam kehidupan seorang Muslim.
Salat memiliki keunikan yang tidak dimiliki ibadah lain. Berbeda dengan zakat, puasa, atau jihad yang disampaikan melalui Malaikat Jibril, perintah salat diberikan langsung oleh Allah kepada Rasul-Nya di langit ketujuh selama perjalanan Isra Mikraj. Peristiwa ini terjadi pada malam Lailatul Qadar, menegaskan pentingnya salat dalam ajaran Islam. Tidak ada perantara dalam penyampaian ini, menunjukkan betapa dekat hubungan antara Allah dan hamba-Nya melalui salat.
Peristiwa Isra Mikraj juga membuktikan bahwa salat awalnya diperintahkan sebanyak 50 kali sehari. Namun, atas intervensi Nabi Musa, jumlahnya dikurangi menjadi lima kali sehari. Meski demikian, pahala salat tetap sama dengan 50 kali. Ini menunjukkan betapa besar cinta Allah kepada umat-Nya, memberikan kemudahan tanpa mengurangi nilai spiritual.
Nabi Muhammad SAW menjadikan salat sebagai wasiat utama bagi umatnya. Ummu Salamah meriwayatkan bahwa salah satu pesan terakhir Nabi adalah untuk menjaga salat dan merawat anak-anak yatim. Hal ini menunjukkan bahwa salat bukan hanya soal ritual, tetapi juga tentang tanggung jawab sosial. Selain itu, hadis dari Zaid bin Tsabit mengatakan bahwa salat adalah amalan terakhir yang dicabut dari muka bumi. Ini menandakan bahwa salat akan tetap bertahan meski banyak hal telah hilang.
Al-Qur'an juga menyoroti pentingnya salat dalam surah Al-Mukminun. Orang-orang yang beruntung adalah mereka yang khusyuk dalam salat, menjauhi perbuatan sia-sia, dan menunaikan zakat. Salat menjadi ciri khas orang-orang yang beriman, menunjukkan bahwa ia adalah jembatan menuju ketaatan dan kebaikan.
Salat harus dilaksanakan dalam setiap situasi, termasuk saat perang, sakit, atau perjalanan jauh. Meskipun ada keringanan dalam syarat dan jumlah rakaat, kewajiban salat tetap berlaku. Ini menunjukkan bahwa salat adalah ibadah yang tidak boleh digugurkan, bahkan dalam keadaan genting sekalipun. Para ulama juga menegaskan bahwa orang yang lupa atau tertidur masih harus mengqada salat saat ingat. Bahkan, orang yang pingsan tidak lebih dari tiga hari wajib mengqada salat yang terlewat.
Al-Qur'an juga sering menyebut salat secara khusus, menunjukkan betapa pentingnya ibadah ini dalam pandangan Allah. Misalnya, dalam ayat yang menjelaskan bahwa salat disebut sebagai "iman", menegaskan bahwa salat mencakup niat, ibadah lisan, dan ibadah anggota badan. Ini menunjukkan bahwa salat adalah ibadah yang menyeluruh, melibatkan seluruh aspek kehidupan.