Gagasan yang disampaikan oleh pemimpin tertinggi Amerika Serikat mendapatkan kritik tajam dari berbagai pihak. Para peneliti dan analis internasional menyatakan bahwa rencana ini dapat mengganggu hubungan diplomatik dan kestabilan wilayah Timur Tengah. Mereka menilai, pendekatan seperti ini tidak hanya membahayakan kedua negara tetangga Palestina, melainkan juga merusak upaya perdamaian yang telah lama dijalankan.
Kebijakan yang dicanangkan tersebut bertujuan untuk membangun hunian baru bagi penduduk di wilayah yang telah hancur akibat konflik berkepanjangan. Namun, para ahli politik menganggap inisiatif ini sebagai langkah yang kurang bijaksana. Menurut mereka, tindakan tersebut dapat menimbulkan ketidakstabilan dan meningkatkan ketegangan antara negara-negara yang terlibat. Direktur sebuah pusat studi politik di ibu kota Yordania menjelaskan bahwa ide ini mencerminkan sikap agresif terhadap Palestina serta dua sekutu utama AS di wilayah tersebut.
Rencana ini dianggap sebagai ancaman serius bagi kedaulatan Yordania dan Mesir. Kedua negara tersebut telah menunjukkan sikap tegas dalam menolak segala bentuk proyek yang dapat mengubah status quo. Mereka berkomitmen untuk menjaga integritas wilayah masing-masing dan menegaskan bahwa solusi yang ditawarkan harus menghormati hak-hak asasi rakyat Palestina. Langkah-langkah diplomatis yang arif dan berdasarkan dialog menjadi penting untuk menciptakan perdamaian yang berkelanjutan di wilayah tersebut.