Pada malam yang tragis di ibu kota Amerika Serikat, sebuah insiden luar biasa terjadi di langit Washington DC. Pesawat komersial milik American Airlines bertabrakan dengan helikopter militer Sikorsky H-60 Black Hawk Angkatan Darat AS, mengakibatkan kerugian nyawa yang sangat besar. Insiden ini terjadi ketika pesawat tersebut sedang menuju Bandara Nasional Ronald Reagan setelah penerbangan dari Kansas. Dalam kecelakaan mengerikan ini, tidak ada satu pun korban selamat dari 67 orang yang berada di kedua pesawat tersebut.
Insiden ini mengejutkan banyak pihak, terutama karena adanya beberapa fakta mencolok seputar manuver helikopter militer pada malam itu. Sehari sebelumnya, sebuah pesawat penumpang yang hendak mendarat di bandara yang sama juga mengalami gangguan akibat kehadiran helikopter militer. Pesawat tersebut harus melakukan pendekatan ulang untuk mencegah tabrakan potensial. Situasi ini memunculkan pertanyaan tentang koordinasi lalu lintas udara dan protokol keselamatan yang seharusnya diterapkan.
Ketidaksesuaian dalam manuver helikopter menjadi sorotan utama. Para ahli penerbangan merasa heran mengapa helikopter tersebut tidak menjauh dari jalur pendaratan pesawat penumpang. Padahal, prosedur standar menuntut helikopter untuk memberikan prioritas kepada pesawat komersial yang sedang mendekati bandara. Kejadian ini menunjukkan adanya celah dalam sistem pengaturan lalu lintas udara, yang perlu dievaluasi secara menyeluruh.
Berdasarkan informasi yang diperoleh, semua korban dalam tragedi ini telah hilang di Sungai Potomac. Meskipun upaya pencarian dan evakuasi dilakukan, hingga saat ini baru sekitar 40 jenazah yang berhasil ditemukan. Presiden Donald Trump telah mengonfirmasi bahwa tidak ada satupun yang selamat dari insiden mengerikan ini. Tragedi ini tidak hanya menimbulkan duka bagi keluarga korban, tetapi juga memicu diskusi serius tentang perlunya peningkatan keamanan penerbangan di wilayah ibukota.
Tragedi ini menyoroti pentingnya koordinasi yang lebih baik antara pesawat sipil dan militer dalam ruang udara yang padat seperti di atas Washington DC. Insiden ini mendorong otoritas penerbangan untuk meninjau kembali prosedur keselamatan dan tata kelola lalu lintas udara, guna mencegah terulangnya bencana serupa di masa depan.