Penentuan kekayaan dan kemiskinan adalah bagian dari hikmat ilahi yang tak terbatas. Dalam pandangan Islam, segala sesuatu berasal dari ketentuan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Manusia sering kali mencari jalan pintas untuk mendapatkan rezeki melalui cara-cara yang tidak sesuai dengan ajaran agama, seperti meminta pertolongan kepada dukun atau orang-orang tertentu. Namun, sejatinya, hanya Allah yang memiliki kuasa untuk menentukan nasib setiap hamba-Nya.
Pemahaman bahwa Allah adalah sumber segala rezeki harus menjadi landasan bagi setiap umat Islam. Bekerja keras dan berdoa adalah wujud usaha manusia, namun pengaturan rezeki tetap berada di tangan-Nya. Allah menetapkan siapa yang layak menerima kelebihan harta dan siapa yang diberikan dalam kondisi kekurangan. Ini bukan semata-mata karena keberuntungan, tetapi ada hikmat yang mendalam di baliknya. Misalnya, beberapa hamba-Nya ditakdirkan kaya agar mereka dapat menggunakan kekayaan tersebut untuk kebaikan, sementara yang lain ditakdirkan miskin agar mereka dapat lebih dekat dengan Allah melalui kesabaran dan ketundukan.
Setiap individu harus menyadari bahwa Allah Maha Pengasih dan Maha Mengetahui. Dia memberikan rezeki sesuai dengan apa yang terbaik bagi hamba-Nya. Ayat-ayat Al-Qur'an mengingatkan kita bahwa jika Allah melimpahkan rezeki secara berlebihan, manusia mungkin akan lupa diri dan melampaui batas. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk selalu bersyukur atas apa yang dimiliki dan menjaga hubungan spiritual dengan Sang Pencipta. Dengan demikian, kita dapat hidup dalam kedamaian dan keseimbangan, percaya sepenuhnya bahwa semua yang terjadi adalah bagian dari rencana Allah yang sempurna.