Dalam dunia konstruksi modern, ada fenomena unik yang sering terjadi di berbagai gedung tinggi. Banyak pengelola properti memilih untuk menghilangkan nomor lantai tertentu dari sistem penomoran, meskipun lantai tersebut tetap ada secara fisik. Hal ini menciptakan urutan lantai yang tampak tidak beraturan, seperti melompat dari lantai 3 langsung ke lantai 5 atau melewatkan lantai 13.
Kepercayaan akan angka-angka tertentu membawa nasib buruk telah merasuk dalam budaya masyarakat global. Di beberapa negara, khususnya di Barat, angka 13 menjadi simbol kesialan. Survei menunjukkan bahwa sejumlah orang percaya bahwa angka ini membawa dampak negatif, bahkan mempengaruhi keputusan penting dalam hidup mereka. Meski takhayul, dampak ekonominya nyata, dengan kerugian hingga ratusan juta dolar setiap tahun karena orang menghindari aktivitas pada tanggal 13.
Pandangan tentang angka-angka tertentu sebagai bawaan nasib baik atau buruk bukanlah hal baru. Berbagai budaya memiliki interpretasi sendiri atas makna angka-angka ini. Misalnya, dalam tradisi Tiongkok, beberapa angka dianggap membawa keberuntungan sementara yang lain dikaitkan dengan hal-hal negatif. Namun, penting untuk diingat bahwa keyakinan semacam ini lebih merupakan warisan budaya daripada fakta ilmiah. Memahami dan menghormati perbedaan budaya dapat membantu kita menjembatani pemahaman antar masyarakat yang beragam.
Pada akhirnya, apa pun keyakinan kita tentang angka-angka tertentu, penting untuk tetap bersikap rasional dan logis dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Kita harus membangun masyarakat yang saling menghargai dan menghormati perbedaan, namun tidak terjebak dalam ketakutan irasional yang dapat membatasi potensi kita. Dengan demikian, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih harmonis dan maju.