Syuting film bertemakan horor yang berlangsung selama 20 hari di kota Tegal, Jawa Tengah, membuka lembaran baru dalam dunia perfilman Indonesia. Lokasi syuting dipilih bukan karena faktor tren, melainkan pertimbangan geografis dan karakteristik kota yang cocok menggambarkan latar cerita. Disamping itu, penempatan lokasi ini juga dimaksudkan untuk menambah keberagaman wajah perfilman Tanah Air.

Kesan Positif dari Proses Produksi di Tegal

Direktur film, Azhar Kinoi Lubis, membagikan pengalamannya tentang suasana hangat yang diterima tim produksi selama berada di Tegal. Keramahan masyarakat setempat menjadi salah satu aspek yang paling dirasakan manfaatnya. Selain mendapat sambutan baik, proses perizinan pun berjalan lancar tanpa hambatan berarti.

Menurut Lubis, pengalaman tersebut sangat berkesan dan meninggalkan kesan mendalam bagi seluruh kru. Atmosfer positif yang tercipta berkontribusi signifikan pada kelancaran proses produksi. Tim merasa didukung penuh oleh masyarakat sekitar lokasi syuting. Hal ini menciptakan hubungan harmonis antara penduduk lokal dengan tim pembuatan film.

Pilihan Lokasi yang Strategis dan Bermakna

Lubis menjelaskan bahwa pemilihan Tegal sebagai lokasi syuting bukanlah keputusan sembarangan. Pertimbangan utama adalah kemampuan kota tersebut untuk merepresentasikan latar belakang karakter utama dalam cerita. Geografi serta tampilan fisik kota ini dinilai sesuai dengan nuansa yang ingin ditampilkan dalam film.

Lebih jauh, Lubis menekankan pentingnya memperluas cakupan lokasi syuting di luar kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, atau Yogyakarta. Tujuannya adalah untuk menampilkan lebih banyak variasi dalam perfilman Indonesia. Dengan demikian, penonton dapat menikmati latar tempat yang lebih beragam dan segar dalam setiap produksi film nasional.