Pasar saham di Indonesia menunjukkan peningkatan yang signifikan pada perdagangan sesi pertama Kamis (16/1/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai 7.112 poin pada pukul 10.19 WIB, didorong oleh kebijakan Bank Indonesia (BI) yang menurunkan suku bunga acuan. Para pelaku pasar terus mempertimbangkan dampak dari keputusan ini, yang diambil setelah serangkaian analisis ekonomi domestik dan global. Sektor keuangan menjadi sektor utama yang mendukung kenaikan IHSG, dengan emiten perbankan raksasa seperti Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia, Bank Central Asia, dan Bank Negara Indonesia berkontribusi besar.
Pada pagi hari di Jakarta, dalam suasana penuh antisipasi, para investor menyambut baik kebijakan Bank Indonesia yang menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,75%. Penurunan ini merupakan langkah pertama di tahun 2025, yang mengejutkan beberapa analis karena tidak sesuai dengan perkiraan awal. Gubernur BI, Perry Warjiyo, menjelaskan bahwa keputusan ini didasarkan pada dinamika global dan domestik, termasuk inflasi yang rendah dan stabilitas nilai tukar rupiah. Sebagai respons, IHSG membuka perdagangan dengan lonjakan lebih dari 1%, dipimpin oleh sektor keuangan. Emiten perbankan seperti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Central Asia Tbk, dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk menjadi penopang utama indeks tersebut. Selain itu, saham-saham lainnya seperti PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk dan PT Barito Renewables Energy Tbk juga memberikan kontribusi positif.
Analis Senior Investment Information Mireae Nafan Aji Gusta mengapresiasi keputusan BI, menilai bahwa penurunan suku bunga acuan sangat tepat dilakukan pada awal tahun ini. Menurutnya, hal ini dapat mendorong kinerja sektor perbankan dan meningkatkan daya beli serta konsumsi masyarakat. Namun, dia juga mengingatkan bahwa durasi penguatan saham perbankan akan bergantung pada perilaku investor, terutama aksi profit taking. Maximilianus Nicodemus dari Pilarmas Investindo Sekuritas menambahkan bahwa penurunan suku bunga dapat mendorong penyaluran kredit dan meningkatkan daya beli, tetapi efek jangka panjangnya masih akan dipengaruhi oleh sentimen global, termasuk pelantikan presiden AS Donald Trump.
Secara keseluruhan, kebijakan ini memberikan angin segar bagi pasar saham Indonesia, dengan harapan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih baik di tahun 2025. Meskipun ada ketidakpastian global, langkah BI ini diharapkan dapat memperkuat fundamental ekonomi domestik dan menarik lebih banyak investasi.
Dari perspektif seorang jurnalis, kebijakan penurunan suku bunga oleh BI menunjukkan komitmen bank sentral untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan stabilitas moneter. Langkah ini bukan hanya membawa manfaat langsung bagi sektor perbankan, tetapi juga memiliki potensi untuk merangsang aktivitas ekonomi secara luas. Bagi investor, ini adalah sinyal positif untuk melihat peluang baru dalam pasar saham Indonesia. Namun, penting untuk tetap waspada terhadap faktor-faktor global yang dapat mempengaruhi situasi ke depannya.