Pasar
Penguatan Dolar AS Imbas Data Inflasi, Rupiah Terkoreksi
2025-01-16

Data ekonomi terbaru dari Amerika Serikat membawa dampak signifikan pada mata uang global, termasuk rupiah. Berdasarkan laporan yang dirilis, nilai tukar rupiah mengalami penurunan seiring dengan kenaikan inflasi konsumen di AS. Pada hari Kamis, 16 Januari 2025, rupiah dibuka melemah sebesar 0,09% dan mencapai level Rp16.330 per dolar AS. Ini melanjutkan tren pelemahan yang terjadi sehari sebelumnya, ketika rupiah juga turun 0,21%. Meskipun demikian, indeks dolar AS sendiri justru menunjukkan penurunan tipis menjadi 109,01.

Penyebab utama tekanan pada rupiah adalah data inflasi konsumen AS yang lebih tinggi dari bulan sebelumnya. Tingkat inflasi tahunan naik menjadi 2,9% pada Desember 2024, meningkat dari 2,7% pada November. Kenaikan ini sebagian besar dipengaruhi oleh faktor musiman dan efek dasar rendah dari tahun sebelumnya, terutama dalam sektor energi. Sementara itu, inflasi inti, yang tidak memperhitungkan fluktuasi harga makanan dan energi, sedikit turun menjadi 3,2%. Meski demikian, indikator "core CPI" tetap menjadi tolok ukur penting untuk menilai tekanan harga yang mendasar.

Para ekonom memperkirakan bahwa laporan mendatang tentang Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) akan menunjukkan pelambatan, bahkan mungkin turun di bawah target 2% yang ditetapkan oleh Federal Reserve. Laporan CPI Desember menegaskan bahwa proses disinflasi masih berlangsung, sejalan dengan perkiraan para pemimpin Fed. Mereka optimistis bahwa inflasi akan terus bergerak menuju target, dan suku bunga acuan diperkirakan akan tetap stabil dalam rentang 4,25%-4,50% pada pertemuan kebijakan selanjutnya. Keberlanjutan stabilitas ekonomi dan kontrol inflasi menjadi prioritas utama bagi perekonomian global, termasuk Indonesia.

More Stories
see more