Direktur Pusat Budaya Korea di Indonesia, Kim Yong Woon, berbagi cerita pribadinya tentang bagaimana ia terinspirasi oleh karya-karya Pramoedya Ananta Toer. Kim pertama kali mengenal sastra Indonesia saat mempersiapkan diri untuk ujian bahasa Indonesia sebagai persyaratan menjadi Pegawai Negeri Sipil di Korea pada tahun 2006. Salah satu novel yang menarik perhatiannya adalah "Bumi Manusia". Meskipun awalnya kesulitan memahami konteks masa penjajahan Belanda dalam novel tersebut, Kim tetap terpukau oleh kisah cinta yang digambarkan dalam buku itu.
Berkunjung ke Jakarta pada tahun 2008, Kim merasa antusias untuk mendapatkan lebih banyak karya Pramoedya. Ia mengunjungi Gramedia dan membeli beberapa novel termasuk "Bumi Manusia", "Rumah Kaca", "Jejak Langkah", dan "Anak Semua Bangsa". Novel "Bumi Manusia" telah diterjemahkan ke dalam bahasa Korea dengan judul "인간의 대지" (ingan-ui daeji) sejak era 1980-an. Seiring waktu, Pramoedya mulai dikenal di Korea sebagai penulis Indonesia yang hampir menerima Hadiah Nobel Sastra. Minat masyarakat Korea terhadap penulis Asia meningkat setelah Han Kang memenangkan Nobel Sastra 2024, dan Pramoedya menjadi salah satu fokus utama pembaca Korea.
Kim menyatakan bahwa tantangan terbesar dalam memperkenalkan literatur Indonesia ke Korea adalah keterbatasan penerjemah sastra profesional. Tidak hanya kemampuan linguistik, penerjemah juga membutuhkan pemahaman mendalam tentang budaya kedua negara. Untuk mengatasi hal ini, Majelis Nasional Korea baru-baru ini mengesahkan undang-undang yang mendukung pendirian sekolah pascasarjana penerjemahan melalui LTI Korea. Dengan adanya pelatihan yang tepat, diharapkan sastra Korea dan Indonesia dapat saling berkembang dan dikenal luas di dunia internasional. Perayaan 100 tahun kelahiran Pramoedya di Blora, Jawa Tengah, dari tanggal 6 hingga 8 Februari 2025, menjadi momen penting untuk mempromosikan karya-karya Pramoedya dan mendorong kolaborasi antara penulis Korea dan Indonesia.
Melalui upaya ini, tidak hanya karya Pramoedya yang akan lebih dikenal di Korea, tetapi juga peningkatan kerjasama antara dua negara dalam bidang sastra dan budaya. Pengembangan sarana interaksi antara penulis kedua negara akan membuka jalan bagi pertukaran budaya yang lebih luas dan mendalam.