Pada awal pekan ini, nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar AS meskipun berbagai tekanan negatif melanda pasar domestik. Data menunjukkan bahwa rupiah mencapai level Rp16.130/US$, dengan fluktuasi harian antara Rp16.115/US$ hingga Rp16.170/US$. Meski investor asing melakukan aksi jual bersih sebesar Rp4,31 triliun pada transaksi 23-24 Desember 2024, rupiah tetap menunjukkan ketahanannya. Sentimen global yang tidak mendukung dan ketidakpastian geopolitik turut mempengaruhi pergerakan mata uang, namun data ekonomi China yang positif memberikan harapan baru. Secara domestik, pasar menantikan data PMI Manufaktur dan Indeks Harga Konsumen (IHK) Desember 2024.
Pada hari Senin, 30 Desember 2024, dalam suasana penuh tantangan, rupiah berhasil menunjukkan performa yang kuat. Di tengah-tengah berbagai tekanan sentimen negatif yang melanda pasar keuangan domestik, rupiah mampu menguat hingga 0,62% ke level Rp16.130/US$. Fluktuasi nilai tukar rupiah sepanjang hari mencapai titik tertinggi di posisi Rp16.115/US$ dan terendah di posisi Rp16.170/US$.
Seiring dengan penguatan rupiah, Indeks Dolar AS (DXY) juga ikut menguat tipis hingga 0,02% pada pukul 15.00 WIB di posisi 108,07. Investor asing masih melakukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp4,31 triliun pada transaksi 23-24 Desember 2024, yang terdiri dari penjualan di pasar saham, Surat Berharga Negara (SBN), dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Penguatan rupiah mencerminkan daya tahannya meskipun sentimen global dan domestik belum mendukung. Salah satu faktor utama adalah sikap hawkish Federal Reserve (The Fed) yang menunjukkan kehati-hatian terhadap penurunan suku bunga. Selain itu, hasil Pemilu Amerika Serikat yang mengukuhkan Donald Trump sebagai Presiden Terpilih menambah volatilitas pasar. Ketidakpastian geopolitik juga masih membayangi pergerakan mata uang global.
Di sisi lain, pelaku pasar mencermati potensi dampak positif dari rilis data ekonomi China pada Selasa, 31 Desember 2024. Indikator PMI Manufacturing dan Non-Manufacturing dari National Bureau of Statistics of China (NBS) diperkirakan akan menunjukkan peningkatan, memberikan harapan bagi Indonesia karena China merupakan mitra dagang utama dalam sektor ekspor-impor. Secara domestik, pasar menantikan dua data penting pada Kamis, 2 Januari 2025, yaitu PMI Manufaktur dan Indeks Harga Konsumen (IHK) Desember 2024.
Terakhir, PMI Manufaktur Indonesia untuk November 2024 naik menjadi 49,6 dari 49,2 di bulan sebelumnya, menunjukkan kontraksi yang semakin melunak. Hal ini menunjukkan perbaikan sektor manufaktur meski tantangan global masih membayangi. Dengan latar belakang ini, penguatan rupiah pada perdagangan hari ini menandakan optimisme pasar terhadap stabilitas ekonomi Indonesia di tengah tekanan eksternal.
Dengan demikian, penguatan rupiah pada perdagangan hari ini menunjukkan optimisme pasar terhadap stabilitas ekonomi Indonesia. Investor masih terus mencermati perkembangan data ekonomi dalam negeri dan internasional sebagai indikator pergerakan pasar selanjutnya. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada banyak tantangan, ekonomi Indonesia masih memiliki ketahanan yang cukup baik.