Pasar
Saham PT XL Axiata dan PT Smartfren Setelah Pengumuman Merger Tertekan
2024-12-11
Jakarta, CNBC Indonesia - Pada hari ini, Rabu (11/12/2024), setelah pengumuman merger, harga saham PT XL Axiata Tbk (EXCL) dan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) mengalami tekanan yang cukup signifikan. Pada pukul 11.45 WIB, saham EXCL turun sebanyak 1,75% menjadi Rp2.250, dan pada saat yang sama, saham FREN mengalami anjlok sebesar 7,41% ke Rp25. Hal ini terjadi setelah pengumuman detail merger yang akan menghasilkan entitas baru bernama PT XLSmart Telecom Sejahtera Tbk.
Penjelasan Singkat Tentang Penggabungan
Merger ini memiliki beberapa poin penting. Harga saham penggabungan EXCL ditetapkan sebesar Rp2.350 per saham, yang naik 2,6% dari harga penutupan sebelumnya yang berada di posisi Rp2.290 per saham. Namun, beberapa investor tampaknya merespon negatif. Harga pembelian kembali saham minoritas EXCL terbatas pada Rp2.350 per saham, dan harga buyback saham FREN sebesar Rp25, yang 16,7% lebih rendah dari harga penutupan pada Selasa (10/12/2024). Rasio pertukaran saham juga dianggap kurang menarik bagi pemegang saham minoritas FREN, di mana 1 lembar saham FREN hanya setara 0,011 saham EXCL dan 1 lembar saham minoritas PT Smart Telecom untuk 0,005 lembar saham EXCL pada saat penyelesaian penggabungan usaha.Selain itu, EXCL telah merencanakan pembelian kembali 1,3 miliar saham (10% dari total saham) senilai Rp2.350 per saham untuk pemegang saham minoritas yang tidak setuju dengan aksi korporasi ini, dengan alokasi dana maksimum sebesar Rp3,1 triliun. Pasar juga menunjukkan kekhawatiran mengenai tantangan operasional yang mungkin dihadapi entitas baru ini, meskipun proforma gabungan menunjukkan potensi besar.Berdasarkan data per 9M24, perusahaan hasil merger diproyeksikan mencatat pendapatan Rp33,9 triliun, total aset Rp118,8 triliun, dan laba bersih Rp262,5 miliar. Namun, integrasi bisnis yang kompleks seringkali membutuhkan waktu, seperti yang terlihat pada merger Indosat dan Hutchison 3 sebelumnya.Investor juga mencermati struktur kepemilikan perusahaan gabungan. Axiata dan Sinarmas masing-masing akan memegang 34,8% saham, sementara publik memiliki 30,4%. Porsi kepemilikan Sinarmas akan berasal dari gabungan kepemilikan PT Global Nusa Data, PT Bali Media Telekomunikasi, dan PT Wahana Inti Nusantara. Rencana pembagian dividen tahunan sebesar US$70 juta kurang lebih Rp1,1 triliun atau setara Rp85 per saham memberikan sedikit sentimen positif, namun dampaknya belum cukup untuk meredam kekhawatiran pasar.Implikasi dan Tantangan Pasca-Merger
Penurunan harga saham ini menjadi momentum penting untuk mengevaluasi proyeksi dan risiko pasca-merger. Meskipun entitas gabungan diharapkan dapat menciptakan sinergi bisnis yang kuat, waktu eksekusi dan penerimaan pasar terhadap langkah strategis perusahaan akan sangat menentukan keberhasilannya.Investor harus memantau dengan seksama sejumlah jadwal penting terkait rencana merger. Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) akan dilaksanakan pada 21 Maret 2025. Periode pembelian kembali saham akan berlangsung dari 22 Maret hingga 10 April 2025, dan awal perdagangan saham perusahaan hasil merger akan dimulai pada 8 April 2025.Dalam evaluasi ini, investor perlu mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk kondisi pasar, integrasi bisnis, dan respon investor. Semakin baik investor dapat mengatur strategi mereka berdasarkan informasi ini, semakin baik peluang mereka untuk mengatasi tantangan dan memanfaatkan potensi yang ada setelah merger.