Pembangunan infrastruktur jalan tol di Indonesia telah menjadi salah satu faktor penting dalam mempercepat mobilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi. Jalan tol, yang dirancang untuk mengurangi hambatan lalu lintas, telah berkembang pesat sejak awal 1970-an. Di bawah pengawasan Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), pemerintah telah mendorong pembangunan jaringan jalan tol yang luas di seluruh negeri. Selain manfaatnya bagi masyarakat, bisnis jalan tol juga menarik perhatian berbagai konglomerat besar, yang melihat potensi investasi jangka panjang di sektor ini.
Berawal dari sebuah konsep sederhana, jalan tol di Indonesia telah tumbuh menjadi infrastruktur vital yang memfasilitasi mobilitas cepat antar kota. Istilah "tol" sendiri berasal dari singkatan "tax on location", yang merujuk pada biaya yang dikenakan kepada pengguna jalan tersebut. Seiring waktu, jalan tol telah menjadi solusi efektif untuk mengurangi kemacetan dan mempersingkat waktu tempuh. Sejarah pembangunan jalan tol dimulai pada tahun 1978 dengan proyek Tol Jagorawi, yang menghubungkan Jakarta, Bogor, dan Ciawi. Proyek ini menjadi titik balik penting dalam pengembangan infrastruktur jalan raya di Indonesia.
Dalam beberapa dekade terakhir, jalan tol telah berkembang pesat, tidak hanya sebagai jalur transportasi tetapi juga sebagai aset strategis bagi negara. BPJT, badan yang bertanggung jawab atas pengelolaan jalan tol, telah memainkan peran penting dalam memastikan bahwa jaringan jalan tol terus berkembang sesuai kebutuhan masyarakat. Dengan adanya kerjasama antara pemerintah dan swasta, pembangunan jalan tol telah mencapai berbagai wilayah strategis di Indonesia, memberikan manfaat signifikan bagi ekonomi dan mobilitas penduduk.
Bisnis jalan tol di Indonesia telah menarik minat berbagai konglomerat besar, yang melihat peluang investasi jangka panjang di sektor ini. Beberapa perusahaan besar telah masuk ke bisnis jalan tol, termasuk Grup Salim, Jusuf Hamka, dan Agung Sedayu. Mereka tidak hanya melihat jalan tol sebagai sarana transportasi tetapi juga sebagai aset investasi yang menguntungkan. Salah satu contoh nyata adalah PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk., yang dipimpin oleh Jusuf Hamka. Perusahaan ini memiliki tujuh jalan tol strategis di wilayah Jabodetabek, menjadikannya salah satu pemain utama di sektor ini.
Grup Salim, melalui berbagai anak perusahaannya, juga telah aktif dalam bisnis jalan tol. Salah satu proyek terbaru adalah pembangunan Jalan Tol Kamal-Teluknaga-Rajeg yang akan menghubungkan Kabupaten Tangerang ke utara Jakarta. Proyek ini diproyeksikan selesai pada tahun 2025 dengan total investasi mencapai Rp23,22 triliun. Sementara itu, Grup Sinar Mas juga telah berpartisipasi melalui PT Trans Bumi Serbaraja, yang mengoperasikan Jalan Tol Serpong-Balaraja. Keterlibatan konglomerat-konglomerat besar ini menunjukkan betapa menjanjikannya sektor jalan tol di Indonesia, baik dari segi ekonomi maupun strategis.