Dalam sebuah artikel yang dipublikasikan oleh media Australia, ABC News, pada akhir tahun 2024, masalah populasi kucing liar di Jakarta mendapatkan perhatian luas. Artikel tersebut menyoroti tantangan dalam mengendalikan jumlah kucing jalanan di ibu kota Indonesia dan upaya yang dilakukan oleh organisasi lokal. Dengan perkiraan lebih dari 1,5 juta ekor kucing yang berkeliaran di wilayah metropolitan Jakarta, penanganan ini menjadi isu yang mendesak. Organisasi Rumah Steril, dipimpin oleh Vivi Sebayang, berupaya untuk menekan angka reproduksi kucing melalui program pengebrian rutin. Meski demikian, tantangan seperti praktik pengebirian yang tidak profesional dan kurangnya dukungan pemerintah di beberapa daerah masih menjadi hambatan.
Di musim penghujan yang basah, Jakarta seringkali diselimuti kabut asap dan hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari. Namun, ada satu isu yang tak terelakkan—masalah populasi kucing liar yang semakin membludak. Berdasarkan laporan dari Badan Pangan, Kelautan, dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta, diperkirakan ada sekitar 860.000 ekor kucing di wilayah kotamadya Jakarta saja. Jika diperluas ke seluruh wilayah metropolitan, angka tersebut bisa mencapai lebih dari 1,5 juta ekor kucing.
Vivi Sebayang, pemimpin organisasi Rumah Steril, menjelaskan bahwa solusi yang mereka tawarkan adalah melalui program pengebrian rutin. "Kami menangkap kucing jalanan, mengebiri mereka, dan kemudian melepaskan kembali ke lingkungan asalnya," katanya. Menurut Vivi, metode ini dapat membantu menjaga stabilitas populasi kucing selama dua tahun. Namun, jika tidak dilakukan, jumlah kucing akan meledak secara eksponensial.
Praktik pengebrian ini bukan tanpa tantangan. Banyak warga yang tidak menyukai keberadaan kucing liar di sekitar rumah mereka, sehingga membuang kucing tersebut di pasar basah yang menyediakan makanan. Selain itu, ada kekhawatiran tentang praktik pengebirian yang dilakukan oleh tenaga tidak bersertifikat. "Beberapa dokter hewan khawatir dengan prosedur ini, terutama jika dilakukan oleh orang yang tidak memiliki kualifikasi," ungkap Vivi.
Kolaborasi antara pemerintah dan organisasi seperti Rumah Steril juga menjadi bagian penting dalam penanganan ini. Suku Dinas Ketahanan Pangan Kelautan dan Perikanan Jakarta Selatan telah merencanakan gerakan sterilisasi lain pada bulan Februari, dengan target mengebiri 2.300 kucing. Namun, di beberapa distrik terpencil, dukungan pemerintah dan asosiasi dokter hewan masih terbatas.
Selama satu dekade, Rumah Steril telah berhasil mengebiri sekitar 10.000 ekor kucing. Meskipun ini hanya setetes air di lautan, Vivi optimistis bahwa dengan usaha yang konsisten, masalah ini dapat mulai membaik dalam waktu 10-20 tahun ke depan.
Dari perspektif seorang pembaca, artikel ini membuka mata kita tentang kompleksitas masalah populasi kucing liar di Jakarta. Upaya pengebirian rutin merupakan langkah yang bijaksana, namun perlu didukung oleh regulasi yang kuat dan partisipasi aktif masyarakat. Ini menunjukkan bahwa solusi untuk masalah lingkungan seringkali membutuhkan pendekatan holistik dan kerja sama lintas sektor.