Pasar
Tentang Grup Salim dan Keberadaannya di Berbagai Sektor
2024-11-28
Jakarta, CNBC Indonesia - Grup Salim dan keluarganya memiliki keberadaan yang sangat signifikan di berbagai sektor. Mereka telah menguasai sejumlah emiten dan memiliki bisnis yang sangat diversifikasi.

Grup Salim: Penggerak Pasar di Berbagai Sektor

Generasi Pertama dan BBCA

Generasi pertama keluarga Salim, yaitu ayah Anthoni Salim, Liem Sioe Liong (Sudono Salim), dulu dikenal sebagai pemegang saham pengendali bank terbesar di Indonesia saat ini yaitu PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Namun, krisis moneter tahun 1998 membuat Grup Salim kehilangan mayoritas saham di BBCA. Saat itu, bank tersebut mengalami bank rush akibat keterlibatan Sudono Salim dan kerusuhan Mei 1998.

Expansi dan Diversifikasi Bisnis

Setelah kehilangan BBCA, kekayaan Grup Salim tidak menyusut. Mereka melakukan ekspansi dan diversifikasi bisnis. Salah satu contohnya adalah melalui dua emiten konsumen yang mereka miliki yaitu PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan anak usahanya PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP). INDF mengempit 80,53% saham ICBP dan menjual berbagai produk makanan dan minuman yang sudah familiar bagi konsumen di Indonesia.

Portofolio Bisnis di Indonesia

Di Indonesia, portofolio bisnis Grup Salim sangat terdiversifikasi. Di segmen konsumen, ada perusahaan pembuat roti PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) yang dikontrol melalui PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET) dengan kepemilikan 25,77%. Selain itu, Salim juga berkongsi dengan keluarga Gelael di emiten pengelola KFC di Indonesia, Fast Food Indonesia (FAST) lewat DNET dengan kepemilikan 35,84%.

Business di Sektor Lain

Jejak bisnis keluarga Salim juga dapat dilihat di sektor lain seperti energi melalui PT Medco Energi International Tbk (MEDC) di mana 21,46% sahamnya dimiliki oleh perusahaan Singapura Diamond Bridge yang juga milik keluarga Salim. Di sektor teknologi dan media, Eddy Kusnadi Sariaatmadja memiliki PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) yang dikempit langsung oleh Anthoni Salim sebesar 9%.

Investasi di Sektor Tambang

Grup Salim ikut masuk ke dua emiten yang terafiliasi Grup Bakrie, yakni emiten batu bara BUMI dan anak usahanya PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS). Di BUMI, Grup Salim masuk melalui Mach Energy (Hongkong) Limited (MEL) yang menguasai 45,78% saham BUMI. Anthoni Salim menggunakan kendaraan investasi Emirates Tarian Global Ventures SPV untuk masuk ke BRMS dengan porsi kepemilikan 25,10%.

Investasi di PT DCI Indonesia Tbk (DCII)

Portofolio investasi Grup Salim juga termasuk di emiten data center PT DCI Indonesia Tbk (DCII). DCII merupakan salah satu perusahaan fenomenal di pasar modal. Sebelumnya Grup Salim memiliki saham DCII sebanyak 72,29 juta saham, namun pada akhir Mei 2021, Anthoni Salim menambah kepemilikannya dengan memborong 192,7 juta saham DCII dengan modal sampai Rp 1 triliun sehingga kepemilikannya menjadi 11,12%.

Bank Ina Perdana dan Kekuatan Salim

Sementara sebelumnya kehilangan kendali atas BBCA, kini Keluarga Salim kembali memegang kendali sebuah bank yaitu PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA). Grup Salim resmi menjadi ultimate shareholder atau pemegang saham pengendali terakhir (PSPT) PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA) bersama pemilik Bali United, Pieter Tanuri. Lewat PT Indolife Pensiontama, Keluarga Salim mengempit 22,83% saham BINA.

Semua Emiten dan Manuver Grup Salim

Jika ditotal-total semua emiten yang terafiliasi dengan Grup Salim baik langsung maupun tak langsung, nilai kapitalisasi pasarnya mencapai ribuan triliun dan memiliki porsi signifikan atas total market cap IHSG. Manuver Grup Salim menjadi perhatian dan kerap menjadi penggerak pasar dalam negeri.
More Stories
see more