Pasar
Tukar Rupiah terhadap Dolar AS: Perubahan dan Faktor-faktornya
2024-12-19
Jakarta, CNBC Indonesia – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat telah mengalami perubahan signifikan. Pada 13 Desember 2024, nilai tersebut berada pada kisaran Rp 15.900, tetapi kini telah menuju ke level Rp 16.300 per dolar AS. Data Refinitiv menunjukkan bahwa pada penutupan perdagangan kemarin (19/12/2024), rupiah anjlok hingga 1,24% ke level Rp16.285/US$. Pelemahan lebih dari 1% ini merupakan perubahan yang cukup signifikan sejak 7 Oktober 2024.

Penjelasan Pemerintah Bank Indonesia

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo telah membuka suara untuk menjelaskan penyebab kurs rupiah terbang dari level Rp 15.900 ke atas Rp 16.200. Ia menegaskan bahwa pelemahan kurs rupiah disebabkan oleh kondisi ketidakpastian global yang semakin tinggi. "Pelemahan nilai tukar rupiah tersebut dipengaruhi oleh makin tingginya ketidakpastian global," kata Perry dalam rilis hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Rabu (19/12/2024). Ketidakpastian global utamanya terkait arah kebijakan AS di bawah pemerintahan Presiden terpilih Donald Trump, ruang penurunan suku bunga acuan Bank Sentral AS Fed Fund Rate atau FFR yang lebih rendah, penguatan mata uang dolar AS secara luas, serta risiko geopolitik yang mengakibatkan berlanjutnya preferensi investor global untuk pindahkan alokasi portofolio ke AS.

Faktor Eksternal

Faktor-faktor eksternal sangat berpengaruh pada perubahan nilai tukar rupiah. Pada Kamis dini hari waktu Indonesia, The Fed menunjukkan bahwa mereka mungkin hanya akan menurunkan dua kali lagi pada 2025. Ekspektasi tersebut tercermin dari dot plot terbaru Desember ini. Dot plot merupakan matriks ekspektasi dan pandangan suku bunga masa depan dari masing-masing anggota Federal Open Market Committee (FOMC). Dot plot terbaru ini lebih pesimis dibandingkan sebelumnya. Merujuk dot plot terbaru, dua pemotongan yang diekspektasikan pada 2025 ini hanya setengah dari target komite ketika plot tersebut terakhir diperbarui pada September dengan ekspektasi pemangkasan sebesar 100 bps pada 2025. Lebih lanjut, pejabat Fed menunjukkan dua pemotongan lagi pada 2026 dan satu lagi pada 2027. Dalam jangka panjang, komite memandang suku bunga "netral" berada pada 3%, 0,1 poin persentase lebih tinggi dibandingkan pembaruan September, karena tingkat ini secara perlahan meningkat sepanjang tahun ini (3% vs 2,9%). Kondisi ini mengakibatkan aliran modal asing terus keluar dari Indonesia. Data transaksi aliran modal asing BI per 9-12 Desember 2024 menunjukkan investor asing melakukan aksi jual neto sebesar Rp1,31 triliun di pasar saham, beli neto sebesar Rp8,84 triliun di pasar SBN, dan jual neto sebesar Rp0,20 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Namun jika ditarik lebih panjang, investor asing sejak pekan kedua Oktober hingga pekan pertama Desember 2024, terpantau net foreign sell sebesar Rp47 triliun.

Inflasi AS

Baik Indeks Harga Konsumen (IHK) dan Indeks Harga Produsen (IHP) AS untuk periode November secara year on year/yoy terpantau naik lebih tinggi yakni masing-masing sebesar 2,7% yoy & 3% yoy. Ekonom Sucor Sekuritas, Ahmad Mikail menyampaikan bahwa IHP AS yang lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar membuat rupiah tertekan. IHP sangat dipantau oleh para ekonom dan investor karena mengukur tingkat inflasi dari perspektif produsen dengan melacak perubahan harga barang yang dijual oleh produsen. Indikator ini dianggap sebagai petunjuk awal inflasi harga konsumen, yang menyumbang sebagian besar dari total inflasi. Kenaikan IHP menunjukkan bahwa produsen sedang menghadapi biaya yang lebih tinggi, yang mungkin akan diteruskan ke konsumen dalam bentuk harga yang lebih tinggi. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan inflasi konsumen, yang sering kali diikuti dengan kenaikan suku bunga. Kenaikan suku bunga umumnya akan memperkuat USD karena menarik investor asing yang mencari imbal hasil lebih tinggi dari investasi mereka. Sebagai kesimpulan, data IHP terbaru dengan angka yang lebih tinggi dari perkiraan mengarah pada tren bullish untuk USD. Ini juga menegaskan potensi peningkatan inflasi, yang dapat lebih memperkuat dolar hijau dalam waktu dekat.

Imbal Hasil Surat Utang AS

Imbal hasil US Treasury untuk tenor dua, lima, dan 10 tahun tercatat mengalami kenaikan yang cukup signifikan pada penutupan perdagangan kemarin. Sebagai contoh pada imbal hasil US Treasury tenor dua tahun terpantau naik 2,69% ke angka 4,355%. Tenor lima tahun naik 3,18% ke angka 4,383%. Tenor 10 tahun naik 2,58% ke angka 4,498% pada 18 Desember 2024. Ahmad juga menegaskan bahwa naiknya imbal hasil US Treasury menjadi penekan rupiah belakangan ini.Perry memastikan, BI akan terus merespons sentimen negatif itu dengan melakukan berbagai langkah stabilisasi rupiah, termasuk langkah-langkah intervensi melalui operasi moneter dengan pembelian SBN di pasar sekunder hingga melalui instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia atau SRBI. "Tentu saja BI dengan berbagai berita-berita yang berpengaruh ke pasar termasuk nilai tukar rupiah, BI terus komitmen jaga stabilitas nilai tukar rupiah," tegasnya.
More Stories
see more