Pasar
Tutupan IHSG pada Perdagangan Kamis (21/11/2024)
2024-11-21
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup merana pada perdagangan Kamis (21/11/2024). Saat ini, investor masih mencerna keputusan Bank Indonesia (BI) yang kembali menahan suku bunga acuannya kemarin. IHSG ditutup melemah 0,55% ke posisi 7.140,91. Namun, sempat kembali menyentuh level psikologis 7.200 di sesi I hari ini, tetapi di sesi II hingga akhir perdagangan hari ini, kembali berada di level psikologis 7.100.

Analisis Perubahan IHSG dan Hubungan dengan BI Rate

Sektor Konsumer Primer dan Penekan IHSG

Dalam perdagangan hari ini, sektor konsumer primer menjadi penekan terbesar IHSG. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi pasar yang terjadi memiliki pengaruh yang signifikan pada sektor tersebut. Sebagai contoh, perubahan keuangan dan kebijakan BI dapat mempengaruhi perilaku investor dalam sektor ini. Investor mungkin lebih cermat dalam mengambil keputusan investasi di sektor konsumer primer, mengingat kondisi pasar yang sedang berubah.Dalam hal ini, perubahan suku bunga dan kebijakan moneter dari BI dapat mempengaruhi keuangan perusahaan di sektor ini. Jika suku bunga naik, maka biaya modal perusahaan akan meningkat, yang dapat mengurangi keuntungan perusahaan. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan nilai saham perusahaan di sektor konsumer primer.

Emiten Perbankan dan Pengaruh pada IHSG

Emiten perbankan raksasa seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) mendominasi penekan IHSG. BBCA mencapai 14,7 indeks poin, BBRI sebesar 11,6 indeks poin, dan BMRI sebesar 6,7 indeks poin. Ini menunjukkan bahwa perubahan di sektor perbankan juga memiliki pengaruh yang signifikan pada IHSG.Perbankan merupakan sektor yang sangat penting dalam ekonomi. Perubahan keuangan perbankan dapat mempengaruhi kondisi pasar secara luas. Jika perbankan mengalami gangguan, maka hal ini dapat mengakibatkan penurunan nilai IHSG. Oleh karena itu, investor perlu memperhatikan kondisi perbankan saat mengambil keputusan investasi.

Perubahan BI Rate dan Dampak pada IHSG

Sebelumnya kemarin, BI memutuskan untuk kembali menahan suku bunga acuannya atau BI Rate di level 6%. BI Rate pada level 6% telah terjadi sebanyak tiga kali, yakni September, Oktober, dan November 2024. Sedangkan pada periode Agustus 2024, BI Rate masih berada di angka 6,25%. Perubahan BI Rate dapat mempengaruhi kondisi pasar secara luas, termasuk IHSG. Jika BI menaikkan suku bunga, maka biaya modal akan meningkat, yang dapat mengurangi keuntungan perusahaan dan mengakibatkan penurunan nilai IHSG. Jika BI menurunkan suku bunga, maka biaya modal akan turun, yang dapat meningkatkan keuntungan perusahaan dan mengakibatkan kenaikan nilai IHSG.Dalam hal ini, investor perlu memperhatikan perubahan BI Rate dan memprediksi arah perubahan tersebut. Jika investor yakin bahwa BI akan menaikkan suku bunga, maka mereka mungkin lebih cermat dalam mengambil keputusan investasi. Jika investor yakin bahwa BI akan menurunkan suku bunga, maka mereka mungkin lebih percaya terhadap pertumbuhan ekonomi dan lebih愿意 mengambil risiko investasi.

Perubahan Nilai Rupiah dan Dampak pada IHSG

Rupiah yang tengah berada dalam tren pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjadi fokus dalam pembahasan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) pada 19-20 November 2024. Dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, BI melakukan penguatan strategi operasi moneter. Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut pihaknya akan promarket untuk menarik aliran modal asing.Perubahan nilai rupiah dapat mempengaruhi kondisi pasar secara luas, termasuk IHSG. Jika rupiah melemah, maka impor akan lebih mahal, yang dapat mengakibatkan penurunan nilai IHSG. Jika rupiah naik, maka impor akan lebih murah, yang dapat meningkatkan keuntungan perusahaan dan mengakibatkan kenaikan nilai IHSG. Oleh karena itu, investor perlu memperhatikan perubahan nilai rupiah saat mengambil keputusan investasi.Nilai transaksi indeks pada hari ini mencapai sekitar Rp 9,7 triliun dengan melibatkan 16,9 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,1 juta kali. Sebanyak 231 saham naik, 316 saham turun, dan 244 saham stagnan. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi pasar yang terjadi cukup volatil. Investor perlu memperhatikan kondisi pasar ini saat mengambil keputusan investasi.Dalam penjelasannya, kinerja neraca transaksi berjalan ditopang oleh surplus neraca perdagangan barang nonmigas yang berlanjut, didukung oleh pertumbuhan ekspor nonmigas seiring dengan kenaikan harga komoditas, di tengah impor yang tumbuh lebih tinggi sejalan meningkatnya aktivitas ekonomi domestik. Defisit neraca jasa menyempit didorong oleh meningkatnya surplus jasa perjalanan seiring naiknya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara. Sementara itu defisit neraca pendapatan primer juga menurun dipengaruhi oleh lebih rendahnya pembayaran imbal hasil investasi kepada investor nonresiden. Selain itu, peningkatan surplus neraca pendapatan sekunder yang didorong oleh penerimaan remitansi turut mendukung kinerja neraca transaksi berjalan.BI juga melaporkan neraca transaksi modal dan finansial mencatat surplus sebesar US$ 6,6 miliar pada kuartal III 2024, meningkat dibandingkan dengan surplus sebesar US$ 3,0 miliar pada kuartal sebelumnya. Dengan demikian Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III 2024 mencatat surplus sebesar 5,9 miliar dolar AS, dari sebelumnya defisit sebesar 0,6 miliar dolar AS pada triwulan II 2024.
More Stories
see more